SUNGGUH malang nasib yang menimpa pasangan suami istri (Pasutri) Dewi Mulyasari (29) dengan Rohmat (30), warga Kampung Pawenang, Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur. Betapa tidak, selain berasal dari keluarga yang kurang mampu, keduanya juga tidak mendapatkan kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dari pemerintah.
Kesedihannya semakin bertambah, mana kala anak semata wayangnya Putri Rahma Dewi (4 bulan) ternyata menderita hydrocephalus atau pembengkakan kepala. Lantaran tidak memiliki biaya, anaknya yang seharusnya mendapatkan penanganan kesehatan, kini hanya diobati alakadarnya.
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, orang tua korban tidak mengetahui sejak awal kalau anaknya menderita hydrocephalus. Padahal saat hamil dan saat melakukan pemeriksaan kandungan, dokter yang menanganinya sudah memberikan sinyal kalau jabang bayi yang dikandungnya mengalami kelainan.
"Waktu itu hamil 8 bulan, saat diperiksa kandungan dokter hanya bilang, kalau anak saya ada kelainan akibat virus. Saya tidak diberitahu, kalau anak saya ternyata menderita hydrocephalus. Saya juga tidak ngeh, saya baru menyadari setelah anak saya lahir dengan kondisi kepala membengkak," kata Dewi Mulyasari.
Semakin hari, pembengkakan kepala yang dialami Putri semakin membesar hingga sekarang ketika usianya mencapai empat bulan. Sebenarnya Putri pernah mendapatkann penanganan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, hanya saja lantaran keterbatasn biata, putri akhirnya dibawa kembali kerumah.
“Saya tidak punya jamkesmas. Tidak tahu, alasan pihak desa katanya tidak masuk dalam daftar. Sehingga saat itu terpaksa anak saya dibawa pulang kerumah, karena tidak ada biaya," tegasnya.
Melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk, Dewi hanya bisa pasrah. Satu-satunya harapan adalah adanya dermawan yang mau membantu untuk biaya pengobatan anaknya. "Saya hanya bisa berharap, ada orang yang mau membantu biaya pengobatan anak saya," harapnya.
Sementara itu, Tim Kesehatan Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Rusmana mengaku, pihaknya telah melakukan pendataan dan memberikan bantuan kepada keluarga Dewi. Saat ini, Putri anak yang mengalami pembengkakan kepala sudah terdaftar dalam penerima SKTM, sehingga dapat melakukan pengobatan di rumah sakit. (KC-02)**.
Kesedihannya semakin bertambah, mana kala anak semata wayangnya Putri Rahma Dewi (4 bulan) ternyata menderita hydrocephalus atau pembengkakan kepala. Lantaran tidak memiliki biaya, anaknya yang seharusnya mendapatkan penanganan kesehatan, kini hanya diobati alakadarnya.
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, orang tua korban tidak mengetahui sejak awal kalau anaknya menderita hydrocephalus. Padahal saat hamil dan saat melakukan pemeriksaan kandungan, dokter yang menanganinya sudah memberikan sinyal kalau jabang bayi yang dikandungnya mengalami kelainan.
"Waktu itu hamil 8 bulan, saat diperiksa kandungan dokter hanya bilang, kalau anak saya ada kelainan akibat virus. Saya tidak diberitahu, kalau anak saya ternyata menderita hydrocephalus. Saya juga tidak ngeh, saya baru menyadari setelah anak saya lahir dengan kondisi kepala membengkak," kata Dewi Mulyasari.
Semakin hari, pembengkakan kepala yang dialami Putri semakin membesar hingga sekarang ketika usianya mencapai empat bulan. Sebenarnya Putri pernah mendapatkann penanganan di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung, hanya saja lantaran keterbatasn biata, putri akhirnya dibawa kembali kerumah.
“Saya tidak punya jamkesmas. Tidak tahu, alasan pihak desa katanya tidak masuk dalam daftar. Sehingga saat itu terpaksa anak saya dibawa pulang kerumah, karena tidak ada biaya," tegasnya.
Melihat kondisi anaknya yang semakin memburuk, Dewi hanya bisa pasrah. Satu-satunya harapan adalah adanya dermawan yang mau membantu untuk biaya pengobatan anaknya. "Saya hanya bisa berharap, ada orang yang mau membantu biaya pengobatan anak saya," harapnya.
Sementara itu, Tim Kesehatan Desa Kademangan, Kecamatan Mande, Rusmana mengaku, pihaknya telah melakukan pendataan dan memberikan bantuan kepada keluarga Dewi. Saat ini, Putri anak yang mengalami pembengkakan kepala sudah terdaftar dalam penerima SKTM, sehingga dapat melakukan pengobatan di rumah sakit. (KC-02)**.
