Iklan

iklan

Suranto: Kearifan Lokal Sunda Perlu Dilestarikan

Tuesday, October 13, 2015 | 5:12:00 AM WIB Last Updated 2015-10-15T10:25:24Z
CIANJUR, [KC].- Banyak nilai luhur yang hidup di masyarakat Cianjur. Nilai luhur yang biasa disebut kearifan lokal ini harus dipelihara, meskipun dinamika masyarakat kian tinggi. Jangan sampai kearifan lokal ini tercerabut kemudian dilupakan. Sebab kearifan lokal ini sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal yang ini berserakan di masyarakat Cianjur, misalnya, ci karacak ninggang batu, laun-laun jadi legok (air kecil menimpa batu lama-lama membekas juga-red). Kearifan lokal ini, menurut Wakil Bupati Cianjur Suranto, mengandung makna keuletan. Menggenggam kesuksesan tidak datang dengan sendirinya, melainkan harus diperjuangkan dengan keras.

"Ternyata perlunya etos kerja tinggi dalam perjuangan menjadi salah satu kearifan lokal Sunda. Ini artinya masyarakat Cianjur berwatak ulet, tidak mudah menyerah menghadapi tantangan," sebut Suranto, saat berbincang-bincang tentang seni budaya dengan artis Krisna Mukti, di sela-sela acara Halaqah (pertemuan) Kebangsaan bertemakan "NU di Hati-Pancasila, NKRI, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika Harga Mati" di pesantren Al-Istiqlal, Cicantu, desa Hegarmanah, Kec. Sukaluyu, Cianjur.

Ada pula kearifan lokal yang menyebutkan, kacai jadi saleuwi, kalebak jadi sadarat (ke air jadi satu kolam, sedanau, seperairan, ke selatan jadi satu daratan-red). Kearifan lokal ini mengandung makna bahwa orang sunda berkultur gotong royong, menekankan kebersamaan, bermasyarakat, dan tidak egois.

Kebersamaan yang menjadi kearifan lokal ini akan mudah terwujud, karena diperkokoh pula kearifan lokal yang menyebutkan, hormat ka saluhureun, hade ka sasama, nyaah ka sahandapeun (menghormati orang tua, baik dengan sesama, serta menyayangi orang yang lebih muda-red). "Intinya banyak kearifan lokal sunda yang harus tetap diindahkan, karena masih relevan dengan kehidupan sekarang," katanya.

Memang ada juga yang dulu dikategorikan kearifan lokal, namun sekarang mungkin tidak relevan lagi dengan dinamika jaman. Misalnya, banyak anak, banyak rezeki. Dulu dianggap dengan banyak anak akan banyak mendatangkan rezeki, namun sekarang justru banyak anak menyulitkan. Sekarang yang terbaik, dua anak cukup.

Diakui Suranto, dinamika masyarakat memang terus meninggi. Terlebih di era globalisasi yang dipicu kepesatan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Konsekuensinya, sangat mungkin kearifan lokal yang menjadi panduan masyarakat tercerabut. Padahal di tatar Cianjur ini masih banyak kearifan lokal yang harus terus diindahkan [KC-02/SMeC]**






Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Suranto: Kearifan Lokal Sunda Perlu Dilestarikan

Trending Now

Iklan

iklan