BSY0BSWiGSMpTpz9TUAoGfC7BY==

IIER dan PSPK Dorong Keamanan Anak di Ruang Digital Lewat Reformer Talk dan Workshop


JAKARTA — Dalam suasana penuh semangat dan kepedulian terhadap masa depan anak bangsa, Indonesian Institute for Education Reform (IIER) bekerja sama dengan Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) sukses menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertajuk Reformer Talk dan Reformer Workshop dengan fokus pada upaya mewujudkan ruang digital yang aman bagi anak-anak Indonesia.(3/8).

Rangkaian kegiatan ini menjadi bagian dari gerakan kolaboratif yang bertujuan mengawal keamanan anak di dunia digital, menghadirkan para pemangku kepentingan, praktisi pendidikan, psikolog, akademisi, hingga perwakilan anak muda.

Kegiatan pertama bertajuk Reformer Talk: Di Balik Layar Gawai – Bagaimana Kita Menjaga Anak-anak Kita dari Risiko Dunia Digital diselenggarakan secara daring pada pertengahan Juni. Acara tersebut berhasil menarik ratusan peserta dan menghadirkan dialog mendalam mengenai kebijakan serta peran masyarakat dalam melindungi anak di ruang digital.

Sekretaris Direktorat Pengawasan Ruang Digital Kementerian Komunikasi dan Digital, Mediodecci Lustarini, menjelaskan implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 atau PP TUNAS yang menjadi dasar perlindungan anak di dunia maya. Ia menekankan pentingnya akuntabilitas penyelenggara sistem elektronik agar lebih berpihak pada keamanan anak.

Dari sisi riset dan kebijakan, Pandu Ario Bismo dari PSPK mengingatkan bahwa tingginya penggunaan internet oleh anak-anak perlu disikapi dengan kebijakan yang sistemik dan berbasis kolaborasi. Sementara itu, psikolog anak dan remaja Aretha Ever Ulitua Samosir menyoroti dampak psikologis dari kecanduan gawai, sedangkan Claudya Tio Elleossa, perwakilan orang tua sekaligus mantan guru pendidikan kewarganegaraan, menegaskan pentingnya pendekatan empatik melalui prinsip koneksi sebelum koreksi dalam mendampingi anak.

Sebagai kelanjutan dari sesi dialog tersebut, IIER dan PSPK menggelar Reformer Workshop: Di Balik Layar Gawai – Bagaimana Mewujudkan Ekosistem Pendidikan yang Efektif dan Aman di Jakarta pada awal Agustus. Workshop ini dihadiri puluhan peserta dari kalangan pendidik, peneliti, aktivis komunitas, dan mahasiswa yang memiliki kepedulian terhadap kebijakan pendidikan dan perlindungan anak.

Para pembicara utama menyampaikan pandangan strategis mereka mengenai tantangan global yang dihadapi anak di era digital. Peneliti pendidikan PSPK, Fathiyya Nur Rahmani, menekankan pentingnya membangun kesadaran terhadap dampak psikologis dari penggunaan ponsel pintar yang masif di kalangan remaja. Associate Director Nation Insights, Sheilla Njoto, menyoroti hilangnya batas antara informasi dan hiburan akibat budaya digital yang didorong oleh kepuasan instan, sementara Asep Zulhijar dari UNICEF memaparkan hasil studi yang menunjukkan tingginya risiko daring yang dihadapi anak-anak Indonesia.

Salah satu sesi yang paling menyentuh adalah ketika delapan anak dan satu pendamping berbagi pengalaman langsung tentang bagaimana teknologi memengaruhi proses belajar dan perkembangan pribadi mereka. Para pembicara anak tersebut datang dari berbagai sekolah dan lembaga, di antaranya Sekolah Murid Merdeka, SMA Negeri 111 Jakarta, Taman School, serta Yayasan Teman Saling Berbagi. Mereka dengan jujur mengungkapkan bahwa jika diberi kesempatan untuk kembali ke masa lalu, mereka berharap dapat menunda paparan terhadap teknologi digital agar tidak terlalu dini mengalami dampak negatif dari kecanduan internet.

Setelah sesi testimoni, peserta workshop dibagi dalam kelompok diskusi untuk mengidentifikasi masalah, pemangku kepentingan, dan solusi yang realistis dalam menciptakan ekosistem pendidikan digital yang aman. Melalui metode rotasi kelompok, setiap peserta berkesempatan memberi masukan lintas tema, sebelum akhirnya merumuskan rekomendasi konkret yang kemudian dinilai oleh para pakar pendidikan.

Rangkaian kegiatan ini terlaksana berkat dukungan dari berbagai mitra seperti Paragon Corp yang menyediakan tempat dan perlengkapan kegiatan, Indonesia Mengajar yang menghadirkan fasilitator, serta Guru Belajar Foundation, Taman School, dan Yayasan Teman Saling Berbagi yang menghadirkan pembicara anak dan pendamping.

IIER dan PSPK menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan ekosistem pendidikan yang inovatif, inklusif, dan aman bagi semua anak. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan menjadi langkah nyata menuju pendidikan yang tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga berkarakter dan berdaya tahan menghadapi tantangan zaman. [KC.07]***

Comments0

Terima Kasih atas saran, masukan, dan komentar anda.

Type above and press Enter to search.