839 Penghuni Lapas Cianjur Yang Menjadi Santri Ikuti Ujian Keagamaan
5:49:00 AM
CIANJUR, (KC).- Ratusan Narapidana (Napi) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cianjur yang menjadi santri Pesantren Terpadu Attaubah di lingkungan Lapas Kelas IIB Jalan Ariacikondang, Cianjur mengikuti ujian evaluasi tahunan, Kamis (25/4/2013).
Berdasarkan data jumlah napi yang menjadi santri dan mengikuti ujian mencapai 839 orang. Mereka terlihat sangat serius mengikuti ujian meski harus dalam pengawasan ketat.
Sebagaimana diketahui, sejak setahun terakhir para penghuni Lapas Cianjur aktif mengikuti kegiatan pendidikan agama di Pesantren Attaubah yang sengaja didirikan khusus untuk para warga binaan tersebut. Mereka mendapatkan pendidikan agama layaknya di pesantren umum, seperti tauhid, baca tulis Alquran, tarikh Islam, fiqih, pelajaran kitab kuning dan ilmu agama lainnya.
Kepala Lapas Kelas IIB Arciko Cianjur, Tri Saptono Sambudji didampingi Kasubsi Bina Pendidikan, Mastur mengatakan, ujian dilaksanakan semata untuk melihat hasil pendidikan pesantren yang telah berjalan selama setahun itu. Nantinya, hasil ujian tersebut akan menjadi bahan evaluasi ke depan.
"Sebenarnya tanpa ada ujian pun kita sudah melihat ada perubahan drastis dalam diri mereka (napi, red). Mereka kini lebih positif dalam memandang hidup dan lebih terarah serta lebih memahami nilai dan ajaran agama," tutur Tri di sela kegiatan monitoring ujian.
Salahsatu bukti konkritnya, sebut Tri, terjadinya peningkatan kemampuan membaca Al-quran. "Dulu sebelum ada pesantren, sekitar 76 persen penghuni lapas ini tidak bisa membaca Al-quran. Namun sekarang alhamdulilah, hampir semuanya bisa," ungkap Tri diamini Mastur.
Hal yang lebih mengharukannya lagi, tutur dia, adalah adanya perubahan sikap dan perilaku yang signifikan ke arah yang lebih baik, serta terjadinya pula perubahan keseharian di lingkungan lapas itu sendiri.
"Dulu setiap malam yang kita dengar hanya teriakan dan nyanyi-nyanyi. Sekarang, selama setahun terakhir ini kita sering mendengar ada yang baca Alquran dan shalawat, hampir setiap malamnya," terang Tri.
Karenanya, sambung dia, bersama pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) Cianjur, pihaknya akan lebih mengintensifkan kegiatan keagamaan di lingkungan lapas melalui keberadaan pesantren terpadu tersebut.
"Ini juga sebenarnya sebagai upaya kami untuk mengikis stigma negatif masyarakat terhadap para mantan narapidana. Harapan kita, selepas keluar dari tempat ini mereka akan tampil sebagai sosok dan pribadi yang lebih baik yang akan diterima kembali oleh masyarakat dan lingkungannya," ungkapnya.
Sementara Sekretaris MUI Cianjur, H. Ahmad Yani yang turut dalam kegiatan monitoring tersebut mengatakan, ke depan pihaknya akan mencoba menerapkan kurikulum baku terhadap sistem pendidikan di pesantren tersebut.
"Nanti ujian akan dilakukan per semester atau enam bulan sekali, dan para santri akan mendapatkan buku prestasi (rapor, red)" ungkap Yani.
Pihaknya sendiri, sebut dia, mengutus para ustad dan guru agama dari berbagai pesantren untuk memberikan pengajaran di pesantren lapas tersebut. Sementara terkait kurikulum pendidikannya mengadopsi kurikulum pesantren modern dengan kurikulum pendidikan di pesantren salaf.
"Karenanya, selain diajarkan berbagai kajian ilmu agama, di pesantren ini juga diajarkan bahasa Inggris, muhadoroh dan kajian-kajian ilmu umum lainnya," pungkas Yani (KC-02/ft)**.