HEADLINE
---
deskripsi gambar

DPRD Desak Kemenag Carikan Solusi Tempat Belajar Siswa Yang Sekolahnya Ambruk

Atep Hermawan Permana
KabarCianjur-Jln. Abdullah bin Nuh;Robohnya dua atap bangunan kelas MTs Ar-Ridho Mustaqim di Kp. Rawabango, Ds. Mekargalih, Kec. Ciranjang, Kab. Cianjur mengundang keprihatinan DPRD Cianjur. Apalagi dengan mengalihkan proses kegiatan belajar kedalam bangunan masjid lantaran kurangnya ruang kelas dirasa sangat tidak layak.

Untuk itu DPRD Cianjur mendesak kepada pemerintah maupun Kementerian Agama Kab. Cianjur untuk mencarikan alternatif tempat belajar mengajar yang lebih layak.
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kab. Cianjur, Atep Hermawan Permana mengungkapkan, kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan puluhan siswa MTs Ar-Ridho Mustaqim dipastikan akan terganggu akibat siswa dipaksakan belajar diruangan yang tidak semestinya.
"Kami minta kepada Pemkab maupun Kemenag Cianjur untuk mencarikan solusinya. Kalau belum bisa membangun, bisa dicarikan alternatif tempat belajar yang lebih layak lagi. Kalau terus dibiarkan siswa belajar di tempat yang tidak semestinya kami kawatir gairah belajar mereka akan turun dan dipastikan akan berdampak pada prestasi akademisi juga menurun," kata Atep, Selasa (7/2).
Ambruknya dua atap bangunan ruang kelas tersebut lanjut Atep, harus menjadi perhatian pemerintah. Artinya, penanganan permasalahan tersebut menjadi tanggungjawab semua pihak agar keberlangsungan proses belajar mengajar tidak terganggu. 
"Kami harapkan para siswa tidak patah semangat, meski terpaksa harus belajar didalam masjid. Mudah-mudahan segera ada solusi, agar siswa bisa belajar lebih layak lagi," paparnya.
Seperti diberitakan, sebanyak 85 siswa Madrasah Tsanawisayah (MTs) Arridho Mustaqim di Kampung Rawabango, Desa Mekargalih, Kecamatan Ciranjang, Kab. Cianjur, terpaksa menggelar kegiatan belajar mengajar di dalam masjid akibat atap bangunan ruang kelas yang biasanya digunakan roboh.
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, robohnya atap ruang kelas MSTs Arridho Mustaqim itu terjadi pada Sabtu (6/2) setelah terjadi hujan deras disertai angin kencang. Rupanya atap bangunan yang sudah mulai lapuk itu tidak kuat menahan beban hujan dan tiupan angin kencang.
Akibatnya selain genteng pada berhamburan, atap bangunan ruang kelas itu ambruk. Beruntung saat kejadian sedang tidak dilakukan proses belajar mengajar sehingga tidak sampai menelan korban jiwa.
Wakil Kepala MTs Arridho, Acep Nu'man, mengatakan, atap bangunan ruang kelas yang ambruk tersebut dibangun pada tahun 1993 silam. Hingga sampai akhirnya ambruk belum pernah tersentuh oleh perbaikan. "Memang kondisinya sudah jelek, sebagian juga sudah lapuk. Makanya ada beberapa bagian sudut atap yang terpasang ditunjang dengan bambu agar tidak roboh," kata Acep Nu'man, Senin (6/2).
Untuk sementara waktu, agar proses kegiatan belajar mengajar tidak terganggu, pihaknya terpaksa "menyulap" masjid menjadi ruang kelas. Siswa yang belajar di dalam masjid tersebut berasal dari kelas VII. Sedangkan siswa kelas IX, yang ruangannya ambruk, menempati ruang kelas yang sebelumnya digunakan siswa kelas VII. 
"Ini kita lakukan karena untuk kelas IX sebentar lagi akan mengikuti Ujian Nasional (UN), makanya kita tetap tempatkan dikelas meski atap ruangan kelasnya sebelumnya ambruk, kita hanya memindahkan saja," katanya.
Pihaknya mengakui, belajar dialam masjid berbeda saat para siswa belajar di dalam kelas. Situasinya kurang nyaman, namun semua itu dilakukan agar para siswa tidak ketinggalam pelajaran. "Yang terpenting bagaimana siswa tetap harus bisa belajar, walapun ruangan kelasnya rusak," tegasnya.
Ambruknya atap bangunan ruang kelas MTs Arridho Mustaqim hingga Senin (6/2) belum mendapatkan penanganan dari Kementerian Agama Cianjur. "Sampai saat ini kami belum mendapatkan bantuan dari Kemenag," katanya.
Situasi tidak nyaman belajar didalam masjid diakui salah seorang siswa Heri Heryanto (13). Siswa kelas VII itu mengaku tidak betah belajar dalam masjid. Dia berharap bangunan ruang kelas yang atapnya ambruk bisa segera diperbaiki. Sehingga bisa lagi digunakan seperti sedia kala.
"Belajar di masjid tidak nyaman, apalagi kelasnya harus dibagi dua. Kita ingin segera kembali belajar di kelas lagi," tegasnya.
Pasca robohnya atap bangunan kelas, beberapa puing bangunan masih terlihat berserakan terkesan dibiarkan. Terlihat sejumlah siswa bergotong royong mengeluarkan meja serta kursi yang masih bisa digunakan. 
Secara terpisah Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Cianjur, Abu Bakar, mengaku belum menerima laporan resmi terkait ambruknya atap bangunan ruang kelas MTs Arridho Mustaqim. Pihaknya mengaku baru sebatas mendapakan informasi robohnya atap bangunan ruang kelas tersebut.
"Kita sedang menunggu laporan lengkapnya dari pihak sekolah, setelah itu akan kita usulkan ke Kementerian Agama di pusat agar mendapatkan bantuan. Karena kita saat ini tidak memiliki anggaran untuk perbaikan sekolah yang terkena bencana alam," tegasnya.
Menurutnya tidak menutup kemungkinan, pihaknya akan mencari bantuan kepihak lain untuk langkah awal penanganan. "Masih memungkinkan kita meminta bantuan ke Pemkab Cianjur. Kita berupaya agar segera bisa tertangani dan para siswa masih tetap bisa belajar. Untuk sementara kegiatan belajar mengajar sebagian siswa dilakukan di dalam masjid," tegasnya.
Sebelumnya menurut Abu Bakar, juga pernah terjadi hal serupa menimpa Madrash Aliyah (MA) dan MTs di Pasir Kuda. Sekolah tersebut ambruk terkena angin puting belung. "Kejadiannya akhir tahun lalu, tapi awal bulan sudah kita usulkan kepusat untuk mendapatkan bantuan. Kita berharap apa yang menimpa MTs Arridho Mustaqim ini segera ada laporan resminya untuk kita usulkan agar mendapatkan bantuan," harapnya (KC-02)***.
Also Read:
Post a Comment
Close Ads