HEADLINE
---
deskripsi gambar

Kapolres Cianjur AKBP Agus Tri Heryanto, Kalau Itu Ada Ijin Dari Polsek Itu Bohong.

Kapolres Cianjur,
Ajun Komisaris Besar Agus Tri Heryanto 
 
KabarCianjur-Jln. Suroso;  Kapolres Cianjur, Ajun Komisaris Besar Agus Tri Heryanto menolak keras pernyataan pengurus masjid Jamaah Ahmadiyah menyebut aktivitas kegiatan yang dilakukan telah mendapatkan ijin dari anggotanya ditingkat Polsek. Sebaliknya angotanya dilapangan malah meminta agar para Jamaah Ahmadiyah mentaati Surat Keputusan Bersama (SKB) yang telah dibuat.
"Justru Polsek setempat itu menghimbau kepada mereka (para Jamaah Ahmadiyah), tolong untuk bisa menghormati SKB yang sudah dibikin, kalau kita baca dimedia kalau itu ada ijin dari polsek itu  bohong. Kalau polsek mengijinkan berarti polsek itu yang tidak mentaati kesepakatan itu," kata Kapolres saat ditemui seusai menghadiri pelantikan PC GM X.07 FKPPI Kab. Cianjur di markas Kodim 0608 Cianjur, Sabtu (18/2).
Seperti diberitakan, Masjid Nurhidayah milik Jamaah Ahmadiyah tepatnya di Jalan Raya Ciranjang Kampung Cisaat RT 01/RW 08 Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Jumat (17/2) pagi dirusak ratusan massa tidak dikenal.
Aksi perusakan tersebut diduga akibat para warga Jamaah Ahmadiyah yang tidak mentaati Surat Keputusan Bersama (SKB) untuk menghentikan aktivitas kegiatan keagamaan. Mereka masih saja melakukan aktivitasnya. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu, hanya saja bangunan masjid seperti atap dan kaca jendela hancur berantakan.
Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, akasi perusakan yang terjadi sekitar pukul 08.00 WIB itu terjadi begitu spontan. Sekitar 200 massa itu tiba-tiba mendatangi tempat ibadah milik Jamaah Ahmadiayah tersebut. Mereka merangsek dan merobohkan benteng bagian belakang masjid.
Tidak sampai disitu, masa yang semakin beringas melempari genteng dan kaca-kaca masjid dengan batu. Akibatnya genteng dan kaca hancur berantakan. Bahkan kondisi dalam masjidpun tak luput dari sasaran massa, mereka juga menghancurkannya.
"Kejadiannya begitu cepat sekali, waktu itu saya sedang di dalam rumah menunggui cucu. Sempat terdengar suara ribut dari arah belakang masjid, dan ada yang melempar genteng dengan batu. Tak lama, terdengar suara dinding benteng belakang ambruk. Setelah itu suasana gaduh," kata Hasan (63), penunggu masjid.
Kawatir atas keselamatan dirinya, Hasan lebih memilih kabur meninggalkan tempatnya. "Kalau saya bertahan, saya kawatir menjadi saran amukan massa. Lebih baik saya menghindar untuk menyelamatkan diri," katanya (KC-02)***.

Also Read:
Post a Comment
Close Ads