HEADLINE
---
deskripsi gambar

Tujuh Korban "Karunia Bakti" Warga Cianjur

Korban Kecelakaan Bis Cisarua mendapatkan kunjungan
KabarCianjur-Cianjur;Sebanyak tujuh dari 14 korban meninggal akibat tabrakan beruntun bus Karunia Bakti yang melibatkan sejumlah kendaraan lainya itu di Jalan Raya Puncak, Cisarua, Bogor, Jum'at (11/2) sekitar pukul 18.30 WIB merupakan warga Cianjur. Para korban meninggal dengan kondisi yang mengenaskan luka akibat terkena benturan.

Ke tujuh korban asal Cianjur tersebut adalah Hasan Ansori (36) BTN Limbangan Sari RT 02/12 Desa Limbangan Sari Kecamatan Cianjur, Agung Sulaeman (18) Kp. Buniaga RT 05/RW 07, Ds. Ciherang, Kec. Pacet -Cianjur, Solahudin (28) Kp. Hanjawar, Ds. Palasari, Kec. Cipanas - Cianjur, Dede Jaenudin, Cibeber - Cianjur, Apit, Kp. Babakan Caringin - Karangtengah - Cianjur, Juhaya (62) Kp. Pasir Danas RT 01/RW 06, Ds. Mekarwangi, Kec. Haurwangi - Cianjur dan Safrudin, Kp. Pasir Dalam - Kadupandak Cianjur.
Para korban sudah diambil keluarganya untuk dikebumikan di tempat pemakaman umum masing-masing. Sementara korban luka warga Cianjur yang masih dirawat di Rumah Sakit Paru Goenawan Partowidigdo Cisarua adalah Nuklim (20), warga Kp. Parabon RT 02/RW 03, Ds. Parabon, Kec. Haurwangi, Kab. Cianjur. Dia merupakan penumpang bus D'a Ibu, salah satu kendaraan yang dihantam bus Karunia Bakti.
"Saat kejadian saya sedang terjaga, saat itu arus lalu lintas sangat padat. Bus Do'a Ibu yang saya tumpangi sedang berhenti, tiba-tiba saya mendengar suara benturan yang sangat keras. Tidak sempat berfikir lagi benturan itu berlanjut. Para penumpang busa terlempar kedepan, kemudian terlempar kebelakang," kata Buklim.
Setelah itu, dia mengaku tidak tahu apa-apa lagi. Semuanya dirasakan gelap gulita. Samar-samar terdengar suara, tapi tidak terlalu jelas. "Tahu-tahu saya sudah ada dirumah sakit," kata pria yang mengaku bermaksud mau pulang kerumah setelah bekerja di Bogor.
Dia mengaku, sempat melihat ada penumpang didepannya yang berdarah-darah di bagian kepala. Setelah terjadi benturan keras dan kaca bus berhamburan. "Sebelum semuanya gelap, saya sempat melihat salah satu penumpang yang kepala berdarah, mungkin kena beturan keras atau terhantam kaca yang pecah," kata Nuklim yang menderita luka patah tulang itu.
Sementara du mendalam dirasakan oleh keluarga almarhum Solahudin (28) warga Kp. Hanjawar RT 02/RW 10, Ds. Palasari, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur. Betapa tidak, anak pertama dari Idad Ridwan (47) dan Enuy (43) itu merupakan anak yang dikenal baik dilingkungannya dan merupakan tipe pekerja keras.
Meninggalnya korban tidak hanya meninggalkan duka bagi keluarganya, tapi juga bagi sahabat-sahabnya di tempat bekerja. Sebelum meninggal akibat kecelakaan, korban dirasakan oleh sahabatnya menunjukkan prilaku yang tidak biasanya.
Seperti yang diungkapkan oleh Harry Oktivan, salah seorang rekan kerja korban mengaku melihat sosok sahabatnya itu tidak seperti biasanyakat. "Keesokan harinya sebelum kejadian saya melihat wajah teman saya itu lain dari biasanya, kelihatan bersih dan lebih banyak senyum," kata Harry saat ditemui di rumah duka, Sabtu (11/2).
Dia mengaku masih ingat terus terakhir bersama korban, saat itu korban sempat bercanda dengan keluarganya. Bahkan korban sempat meledek terhadap dirinya. "Saya itu sering dipanggil vanda, oleh almarhum diplesetkan jadi janda, saya pernah menegornya, tapi malah tertawa," kenangnya.
Hal lainya yang tidak biasa dilakukan oleh korban manakala dirinya diminta tolong untuk membungkuskan barang dagangan yang akan dibawanya. Hal itu tidak biasanya dilakukan oleh korban. Sebagai teman apalagi sudah dekat, permintaan korban dipenuhi.
"Setelah dilapangan almarhum kembali ke kantor dan menanyakan barang yang diminta bungkus. Saat itu juga saya serahkan. Anehnya korban tidak biasanya pulan sebelum shalat magrib, saat itu langsung pulang. Mungkin inilah yang namanya firasat," katanya.
Firasat lainya akan kepergian korban juga dirasakan oleh adik bungsu korban Nuri (3). Bocah balita tersebut berprilaku aneh tidak seperti biasanya. Tiba-tiba dia minta kepada orang tuanya untuk menelpon korban.
"Nuri itu sangat dekat dengan korban, mungkin saja ini perasaaan anak yang tulus, sehingga seakan tahu apa yang akan menimpa kakaknya. Ternyata apa yang diinginkan adiknya itu merupakan suatu tanda akan kepergian kakaknya," kata Aep Suhendra (56) Ketua RT setempat. 
Menurut Ketua RT yang dekat dengan keluarga korban tersebut, saat ini istri korban, Rosita (23) sedang hamil delapan bulan. "Istrinya terlihat sangat terpukul dan selalu pingsan, susah untuk diberi pengertian. Mudah-mudahan saja selalu tabah menghadapi cobaan ini," katanya (Kc-02)***
Also Read:
Post a Comment
Close Ads