CIANJUR, (KC).- Peringatan  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), terhadap bahaya kekeringan yang akan berdampak pada kebakaran hutan langsung direspon oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur dengan membentuk tim siaga. Tim tersebut siap bergerak setiap saat dengan anggota mayoritas dari para relawan yang sudah terlatih.
 
"Kita mengeluarkan status siaga, hingga 25 November 2012 mendatang. Semua kita antisipasi dari awal, termasuk dengan adanya edaran dari pihak BMKG. Cianjur termasuk wilayah yang rawan akan kebakaran hutan. Oleh karena itu, kita siapkan tim khusus. Tim ini mempunyai tugas piket setiap harinya, dengan masing-masing kelompok berjumlah enam orang. Dan semua laporan yang masuk, akan segera mendapatkan respon," kata Kepala BPBD Asep Ahmad Suhara, Rabu (11/7).

Kendati tim siaga telah dibentuk, pihaknya mengakui menemui kesulitan saat memetakan wilayah rawan bencana, terutama untuk kawasan kebakaran hutan. "Kita belum punya peta bencana, terutama kebakaran hutan. Untuk sementara, kita menetapkan delapan Kecamatan, di wilayah Cianjur selatan, yang rawan akan bencana ini,” katanya.
 
Semua wilayah di selatan Cianjur  dianggap rawan, karena selain mempunyai kawasan hutan yang cukup luas dan lahan tidur di kawasan tersebut sangat luas, sehingga rentan akan bahaya kebakaran. Kondisi tersebut diperparah adanya kebiasaan masyarakat, yang membuka ladang mereka, dengan melakukan pembakaran lahan. "Kita berupaya melakukan pendekatan langsung pada masyarakat sekitar hutan, untuk tidak melakukan pembakaran saat membuka lahan," tegasnya.

Menurut Asep, berdasarkan data yang dihimpun, kebakaran hutan terakhir terjadi pada tahun 2011 lalu. Kebakaran hutan tersebut menghabiskan sekitar lebih kurang tiga hektar lahan pinus milik Perhutani diwilayah selatan Cianjur. Kebakaran disebkan kemarau panjang dan diduga akibat pembukaan lahan oleh masyarakat dengan cara membakar alang-alang.
 
Secara terpisah, Kaur Hugra Perum Perhutani KPH Cianjur, Edi Sukmawan  mengatakan, memasuki musim kemarau, pihaknya tengah melakukan antisipasi terhadap bahaya kebakaran hutan. Menurutnya, kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 2011 di hutan pinus di kawasan Cikancana, milik Perhutani menjadi pelajaran berharga.

"Kejadian tahun silam lebih dari tiga hektar hutan pinus kita terbakar. Berangkat dari itulah kita terus melakukan sosialisasai pada masyarakat sekitar hutan, untuk tidak sembarangan membuka lahan. Masyarakat sering ingin cepat dalam membuka lahan, sehingga menggunakan teknik membakar alang-alang untuk membuka lahan. Ini yang bahaya apalagi di musim panas seperti saat ini," tegasnya (KC-02)**.