HEADLINE
---
deskripsi gambar

Harga Kedelai Impor Tembus Rp 7.800,-/Kg, Pengusaha Tempe Terancam Bangkrut

Produksi Pembuatan Tempe Terancam Bangkrut
CIANJUR, (KC).- Para pengusaha tempe di Kabupaten Cianjur terancam gulung tikar akibat melambungnya harga kedelai impor hingga mencapai Rp 7.800,- per kilogram sejak awal bulan Juli 2012. Pada hal untuk bisa bertahan saja, sebelumnya harga kedelai berkisar Rp 5.600,- per kilogram. Untuk menyiasatinya agar tidak bangkrut, para pengusaha tempe terpaksa mengurangi ukuran produksinya.
"Dulu memang pernah naik, tapi harganya paling tinggi sekitar Rp 7.500,- per kilogramnya. Saat ini sudah lebih hingga mencapai Rp 7.800,- per kilogram, mungkin masih bisa naik. Saat ini kondisi pengusaha tempe sedang terpuruk. Ada diantaranya yang terpaksa tidak produksi, karena tidak bisa menjualnya," kata Japar (27) seorang pekerja yang mewakili bosnya Sukirno di lokasi Pengrajin Tempe gang Melati, Kelurahan Pamoyanan, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, Selasa (24/7).
Menurutnya, dengan harga kedelai Rp 5,600,- per kilogram saja, para pengusaha tempe hanya bisa bertahan saja. Kalaupun ada lebih, hanya cukup untuk biaya operasional dan gaji pegawai. "Kalau menjual tempe itu berbeda dengan yang lain. Pelangganya kebanyakan tetap. Kalau harga dinaikkan akan berdampak pada pembeli. Kalau tidak dinaikkan pasti rugi. Untuk mensiasatinya terpaksa mengurangi ukurannya," jelasnya.
Idialnya untuk harga beli kedelai Rp 7,800,- per kilogram, harga jual tempe perkilonya harus Rp 10.000,-. Namun pihaknya kalau menerapkan cara tersebut akan mengakibatkan penjualan anjlok. "Pasti tidak akan laku. Harga jual Rp 6.000 per geblek saja sudah susah, apalagi kalau sampai dinaikkan. Untuk bertahan selain mengurangi ukuran juga mengurangi jumlah produksi. Kalau biasa satu kwintal per hari, paling hanya bisa 80 kilo gram per harinya," katanya.


Mogok Produksi
Japar juga mengakui, telah mendapatkan informasi seruan untuk mogok masal pada tanggal 27-30 Juni menyusul melambungnya harga kedelai. "Memang kita mendapatkan informasi itu melalui Kopti (koperasi produsen tahu tempe Indonesia) Cianjur. Tapi kita tidak akan melakukan seruan itu untuk mogok produksi," katanya.


Secara terpisah, Ketua Kopti Kabupaten Cianjur, Tarmuji mengatakan, seruan aksi untuk memprotes atas kenaikan harga kedelai impor diakui sampai ke Cianjur. Namun pihaknya tidak mengintruksikan ke para anggotanya. "Itu bukan intruksi dari pusat, mereka hanya nuntut hak masing-masing. Kalau Cianjur tidak berangkat, tapi kalau yang dari Cianjur selatan berangkat dan itu kita dukung," katanya singkat (KC-02)**. 
Also Read:
Post a Comment
Close Ads