Bupati Cianjur Himbau Petani Tanam Padi Gogo Yang Lebih Tahan Kekeringan
9:33:00 PM
Padi Gogo |
CIANJUR, (KC).- Pada musim kemarau yang cukup panjang ini sebaiknya para petani untuk menanam padi gogo. Karena padi tersebut selain lebih tahan kekeringan, kwalitas padinya juga tidak jauh berbeda dengan padi biasa.
Demikian dikatakan Bupati Cianjur, H. Tjetjep Muchtar Soleh menanggapi musim kemarau panjang yang dikeluhkan oleh para petani. "Memang kita sudah sarankan kepada para petani selain menanam dengan pola padi, palawija, palawija, mereka juga bisa menanam padi gogo di saat musim kekeringan saat ini," kata Tjetjep, Kamis (6/9/2012).
Menurut Tjetjep, sebenarnya para petani di Cianjur tidak perlu terjadi kekeringan, jika mereka mengikuti pola tanam yang telah dibuat dalam surat keputusan (SK) Bupati Cianjur. Karena dalam SK tersebut dijelaskan bahwa pola tanam bagi para petani Cianjur adalah padi-palawija-palawija.
"Hanya saja kenyataanya, para petani di Cianjur rupanya lebih memilih dengan menanam padi saja, bukan palawija. Akhirnya terkena dampak kekeringan akibat kemarau yang saat ini terjadi," tegasnya.
Kendati demikian pihaknya telah mengintruksikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kabupaten Cianjur untuk lebih memperketat penerapan gilir giring pemberian air dengan memanfaatkan sumur-sumur artesis. Pasalnya, hampir sebagian besar areal persawahan merupakan tadah hujan.
"Kalau dilihat dari luas areal lahan pertanian, sebenarnya sampai saat ini lahan pertanian yang terkena dampak kekeringan tidak terlalu luas. Tapi tetap kita selalu melakukan penanganan dan antisipasi meluasnya kekeringan. Salah satu cara dengan memperketat pola gilir giring pemberian air," katanya.
Sementara itu berdasarkan, data yang ada pada DPTPH Kabupaten Cianjur, luas areal lahan pertanian yang mengalami kekeringan terutama lahan pesawahan masuk diwilayah 18 kecamatan. Jumlah lahan pesawahan yang mengalami kekeringan diperkirakan mencapai 987 hektare. Kekeringan terdiri dari kategori rusak ringan, rusak sedang, rusak berat, dan puso.
Kepala DPTPH Kabupaten Cianjur Sudrajat Laksana mengungkapkan, hingga saat ini areal lahan pesawahan yang mengalami kekeringan mencapai 424 hektare masuk kategori rusak ringan, rusak sedang sebanyak 275 hektare, rusak berat sebanyak 189 hektare, dan puso sebanyak 99 hektare, dengan jumlah total mencapai 987 hektare.
Tidak hanya tanaman padi yang mengalami kerusakan akibat kemarau, tapi juga terdapat tanaman padi yang terancam mencapai 2.088 hektare. Namun tanaman padi yang terancam ini akan berubah seandainya bisa tertanggulangi. "Salah satu upaya untuk menanggulangi yang terancam diantaranya dengan gilir giring, jadwal pemberian air diperketat, maupun pengadaan pompa air agar bisa merata," tegasnya (KC-02)**.
Demikian dikatakan Bupati Cianjur, H. Tjetjep Muchtar Soleh menanggapi musim kemarau panjang yang dikeluhkan oleh para petani. "Memang kita sudah sarankan kepada para petani selain menanam dengan pola padi, palawija, palawija, mereka juga bisa menanam padi gogo di saat musim kekeringan saat ini," kata Tjetjep, Kamis (6/9/2012).
Menurut Tjetjep, sebenarnya para petani di Cianjur tidak perlu terjadi kekeringan, jika mereka mengikuti pola tanam yang telah dibuat dalam surat keputusan (SK) Bupati Cianjur. Karena dalam SK tersebut dijelaskan bahwa pola tanam bagi para petani Cianjur adalah padi-palawija-palawija.
"Hanya saja kenyataanya, para petani di Cianjur rupanya lebih memilih dengan menanam padi saja, bukan palawija. Akhirnya terkena dampak kekeringan akibat kemarau yang saat ini terjadi," tegasnya.
Kendati demikian pihaknya telah mengintruksikan kepada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura (DPTPH) Kabupaten Cianjur untuk lebih memperketat penerapan gilir giring pemberian air dengan memanfaatkan sumur-sumur artesis. Pasalnya, hampir sebagian besar areal persawahan merupakan tadah hujan.
"Kalau dilihat dari luas areal lahan pertanian, sebenarnya sampai saat ini lahan pertanian yang terkena dampak kekeringan tidak terlalu luas. Tapi tetap kita selalu melakukan penanganan dan antisipasi meluasnya kekeringan. Salah satu cara dengan memperketat pola gilir giring pemberian air," katanya.
Sementara itu berdasarkan, data yang ada pada DPTPH Kabupaten Cianjur, luas areal lahan pertanian yang mengalami kekeringan terutama lahan pesawahan masuk diwilayah 18 kecamatan. Jumlah lahan pesawahan yang mengalami kekeringan diperkirakan mencapai 987 hektare. Kekeringan terdiri dari kategori rusak ringan, rusak sedang, rusak berat, dan puso.
Kepala DPTPH Kabupaten Cianjur Sudrajat Laksana mengungkapkan, hingga saat ini areal lahan pesawahan yang mengalami kekeringan mencapai 424 hektare masuk kategori rusak ringan, rusak sedang sebanyak 275 hektare, rusak berat sebanyak 189 hektare, dan puso sebanyak 99 hektare, dengan jumlah total mencapai 987 hektare.
Tidak hanya tanaman padi yang mengalami kerusakan akibat kemarau, tapi juga terdapat tanaman padi yang terancam mencapai 2.088 hektare. Namun tanaman padi yang terancam ini akan berubah seandainya bisa tertanggulangi. "Salah satu upaya untuk menanggulangi yang terancam diantaranya dengan gilir giring, jadwal pemberian air diperketat, maupun pengadaan pompa air agar bisa merata," tegasnya (KC-02)**.