Macan Tutul Turun Gunung, Warga Kemang Bonjopi Geger
3:10:00 AM
Ilustrasi |
CIANJUR, (KC).- Warga Kampung Kemang, Kecamatan Bojong
Picung, digegerkan dengan masuknya seekor macan tutul (Panthera Pardus)
ke perkampungan mereka. Warga yang mengetahui ada macan tutul masuk
perkampungan langsung memburunya dan berhasil ditangkap warga.Diduga
macan tutul tersebut masuk perkampungan lantaran habitatnya mulai rusak.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, macan tutul tersebut diketahui masuk keperkampungan penduduk sekitar pukul 01.00 WIB Kamis (8/11/2012) dini hari. Warga yang melihat adanya se ekor macan tutul, langsung memanggil warga lainya dan memburunya. "Saat pertama kali terlihat macan tutul itu tengah berjalan, karena kawatir masuk kedalam rumah maknya langsung saja diburu," kata Apip (42) warga sekitar.
Tanpa mengalami kesulitan, beberpa warga akhirnya berhasil menangkap macan tutul yang terlihat kelelahan itu dalam kondisi hidup-hidup. Selanjutnya warga langsung menyerahkan ke Badan Konserpasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang sebelumnya dihubungi dan menjemput macan tutul tersebut.
Kepala BKSDA, Isis Iskandar mengatakan, ada dua kemungkinan macan tutul tersebut turun gunung dan masuk keperkampungan penduduk. Salah satu kemungkinannya jumlah makanan mereka sudah berkurang karena habitatnya telah rusak. "Macan Tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan segala kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan menyusui, binatang pengerat, ikan, burung, monyet, babi hutan dan binatang-binatang lain yang terdapat disekitar habitatnya," kata Isis, di Mapolres Cianjur.
Menurut Isis, macan tutul mempunyai kecendrungan menghindari manusia, karena hewan tersebut merupakan hewan yang soliter dan aktif dimalam hari. Namun demikian hewan itu memiliki kemampuan menyerang manusia bila dalam keadaan terdesak. "Memang di negera kita sampai saat ini sepertinya belum ada orang yang diserang macan tutul, kecuali negara asing sepertinya banyak," katanya.
Selain karena faktor makanan, masuknya macan tutul tersebut ke perkampungan penduduk dimungkinkan akibat tersingkir dari kelompoknya. Hal itu didasarkan dari perkiraan macan tutul yang usianya sekitar dua tahun. Kondisi tersebut biasanya terjadi saat induknya memasuki siklus kawin dan mencari pejantannya. "Induk macan tutul biasanya melahirkan antar 1-2 anak dalam satu siklus. Anak akan meninggalkan induknya hingga umur dua tahun. Setelah itu si anak akan dibiarkan sendiri sesuai dengan kebiasannya yang soliter. Kemungkinan saat dipisahkan induknya anak macan ini tidak mampu bertahan sehingga turun gunung," jelasnya.
Menurut Isis, lokasi Kampung Kemang, Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, merupakan perkampungan yang dekat dengan kawasan hutan konserfasi. Hutan konservasi seluas sekitar 1000 hektar diperkirakan masih banyak hewan liar termasuk macan tutul. "Diperkirakan ada sekitar 20 ekor populasi macan tutul di kawasan hutan konservasi ini, salah satunya yang turun gunung itu," katanya.
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan pihaknya terhadap macan tutul tersebut ternyata dalam kondisi sakit karena di beberapa tanda fital dan visual kondisinya lemah dan kurang merespon saat di pancing. "Biasanya macan tutul muda itu sangat agresif bila dipancing, ini sebaliknya. Apalagi saat mereka teratangkap dan dimasukan dalam karantina. Usianya saja diperkirakan baru 2-3 tahun dengan satu meter lebih dan tinggi sekitar 50 cm dengan berat sekitar 20 kg," jelasnya.
Untuk penanganan lebih lanjut, macan tutul tersebut langsung dibawa ke Taman Safari Indonesia di Cisarua Bogor. Karena di Taman Safari mempunyai peralatan dan ahli yang mampu menangani hewan, apalagi dalam kondisi sakit. "Karena kondisinya lemah, kami langsung mengirimkan ke Taman Safari untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut setelah kami melakukan koordinasi dengan pihak Taman Safari dan Polres Cianjur," paparnya.
Sementara itu, Kapolres Cianjur AKBP Agustri Heriyanto, langsung memerintahkan anggotanya untuk membawa macan tutul itu dengan menggunakan kendaraan terbuka. "Penyelamatan hewan langka menjadi salah satu fungsi polisi, termasuk menjaga kelestariannya. Habitat mereka terganggu oleh ulah manuasia akibat pembalakan liar. Kita akan tindak para perembah hutan ini, termasuk memberikan rasa aman agar hewan liar tidak turun dan meresahkan warga,” tegasnya (KC-02)**.
Keterangan yang berhasil dihimpun menyebutkan, macan tutul tersebut diketahui masuk keperkampungan penduduk sekitar pukul 01.00 WIB Kamis (8/11/2012) dini hari. Warga yang melihat adanya se ekor macan tutul, langsung memanggil warga lainya dan memburunya. "Saat pertama kali terlihat macan tutul itu tengah berjalan, karena kawatir masuk kedalam rumah maknya langsung saja diburu," kata Apip (42) warga sekitar.
Tanpa mengalami kesulitan, beberpa warga akhirnya berhasil menangkap macan tutul yang terlihat kelelahan itu dalam kondisi hidup-hidup. Selanjutnya warga langsung menyerahkan ke Badan Konserpasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang sebelumnya dihubungi dan menjemput macan tutul tersebut.
Kepala BKSDA, Isis Iskandar mengatakan, ada dua kemungkinan macan tutul tersebut turun gunung dan masuk keperkampungan penduduk. Salah satu kemungkinannya jumlah makanan mereka sudah berkurang karena habitatnya telah rusak. "Macan Tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan segala kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan menyusui, binatang pengerat, ikan, burung, monyet, babi hutan dan binatang-binatang lain yang terdapat disekitar habitatnya," kata Isis, di Mapolres Cianjur.
Menurut Isis, macan tutul mempunyai kecendrungan menghindari manusia, karena hewan tersebut merupakan hewan yang soliter dan aktif dimalam hari. Namun demikian hewan itu memiliki kemampuan menyerang manusia bila dalam keadaan terdesak. "Memang di negera kita sampai saat ini sepertinya belum ada orang yang diserang macan tutul, kecuali negara asing sepertinya banyak," katanya.
Selain karena faktor makanan, masuknya macan tutul tersebut ke perkampungan penduduk dimungkinkan akibat tersingkir dari kelompoknya. Hal itu didasarkan dari perkiraan macan tutul yang usianya sekitar dua tahun. Kondisi tersebut biasanya terjadi saat induknya memasuki siklus kawin dan mencari pejantannya. "Induk macan tutul biasanya melahirkan antar 1-2 anak dalam satu siklus. Anak akan meninggalkan induknya hingga umur dua tahun. Setelah itu si anak akan dibiarkan sendiri sesuai dengan kebiasannya yang soliter. Kemungkinan saat dipisahkan induknya anak macan ini tidak mampu bertahan sehingga turun gunung," jelasnya.
Menurut Isis, lokasi Kampung Kemang, Kecamatan Bojong Picung, Kabupaten Cianjur, merupakan perkampungan yang dekat dengan kawasan hutan konserfasi. Hutan konservasi seluas sekitar 1000 hektar diperkirakan masih banyak hewan liar termasuk macan tutul. "Diperkirakan ada sekitar 20 ekor populasi macan tutul di kawasan hutan konservasi ini, salah satunya yang turun gunung itu," katanya.
Hasil dari pemeriksaan yang dilakukan pihaknya terhadap macan tutul tersebut ternyata dalam kondisi sakit karena di beberapa tanda fital dan visual kondisinya lemah dan kurang merespon saat di pancing. "Biasanya macan tutul muda itu sangat agresif bila dipancing, ini sebaliknya. Apalagi saat mereka teratangkap dan dimasukan dalam karantina. Usianya saja diperkirakan baru 2-3 tahun dengan satu meter lebih dan tinggi sekitar 50 cm dengan berat sekitar 20 kg," jelasnya.
Untuk penanganan lebih lanjut, macan tutul tersebut langsung dibawa ke Taman Safari Indonesia di Cisarua Bogor. Karena di Taman Safari mempunyai peralatan dan ahli yang mampu menangani hewan, apalagi dalam kondisi sakit. "Karena kondisinya lemah, kami langsung mengirimkan ke Taman Safari untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut setelah kami melakukan koordinasi dengan pihak Taman Safari dan Polres Cianjur," paparnya.
Sementara itu, Kapolres Cianjur AKBP Agustri Heriyanto, langsung memerintahkan anggotanya untuk membawa macan tutul itu dengan menggunakan kendaraan terbuka. "Penyelamatan hewan langka menjadi salah satu fungsi polisi, termasuk menjaga kelestariannya. Habitat mereka terganggu oleh ulah manuasia akibat pembalakan liar. Kita akan tindak para perembah hutan ini, termasuk memberikan rasa aman agar hewan liar tidak turun dan meresahkan warga,” tegasnya (KC-02)**.