Yayasan Perguruan Islam Al-I'anah Gelar Diskusi Umat Islam
5:38:00 AM
Iman Sulaiman |
CIANJUR, (KC).- Untuk memahami pengertian jihad yang benar sesuai dengan petunjuk Alqur'an dan hadist, Yayasan Perguruan Islam Al-I'anah Cianjur akan menggelar diskusi bagi tokoh umat Islam se Kabupaten Cianjur yang dilaksanakan di Gedung Juang 45 Jalan Otista II Cianjur, Kamis (22/11/2012). Kegiatan yang dijadwalkan dihadiri sekitar 150 orang itu mengambil tema “Meneguhkan makna jihad yang sesunggunya ditinjau dari kajian Al Qur an dan As sunnah”.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Iman Sulaiman mengungkapkan, kegiatan diskusi bagi umat islam tersebut dijadwalkan akan menghadirkan nara sumber Prof. Dr. Tajul Arifin, MA (Guru Besar Fakultas Hukum dan Syariah UIN Bandung), H. Chep Hernawan (Ketua Umum DPP GARIS) dan H. Ahmad Yani (Sekretaris Umum MUI Kab. Cianjur).
Menurut Iman kegiatan diskusi bagi umat islam tersebut salah satu bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kegelisahan umat (tokoh) Islam Indonesia terhadap berbagai persoalan tindak kekerasan di Indonesia. Selain itu untuk menyerap dan merespon ummat islam terhadap tindakan terorisme dan fitnah terhadap agama yang diyakininya.
"Kita ingin memberikan ruang kepada umat islam untuk memberikan saran, pendapat dan peran serta dalam mengikis tindakan –tindakan berbau kekerasan. Selain itu juga hasil diskusi ini nantinya akan menjadi bahan rujukan dan masukan bagi para pemangku kepentingan sebagai dasar pijak dalam merumuskan solusi melalui program-program kerja yang sistematik, terencana, terukur, dan teramati," kata Iman.
Sementara target dari kegiatan diskusi umat islam ini tidak lain ingin sampainya pesan-pesan moral kepada para tokoh ummat islam terkait dengan upaya jihad yang benar menurut Al Quran dan As Sunnah. Terciptanya kerukunan dan kedamaian di lingkungan masyarakat umum, mengikis habis upaya dan tindakan kekerasan oleh siapa pun terlebih mengatasnamakan agama apapun.
"Tentunya muara dari target kegiatan ingin hasilnya nanti menjadi referensi bagi para pemangku kepentingan dalam menentukan arah kebijakan sesuai fungsinya masing-masing," kata Iman seraya menambhakan para peserta yang akan dihadirkan terdiri para tokoh agama Islam, baik dari kalangan ormas keagamaan, akademisi dan kalangan pondok pesantren di Cianjur.
Menurut Iman, selama ini aksi kekerasan yang terjadi seperti ledakan bom dan terorisme seringkali dikaitkan dengan umat islam sehingga sampai muncul istilah Islam militan, Islam garis keras, Islam fundamentalis, atau bahkan yang lebih buruk ada istilah islam sebagai agama teroris.
"Sebagai umat Islam, kita sangat terganggu dan mengutuk serangan teroris yang telah terjadi di belahan dunia, yang menyebabkan kematian dan cedera bagi orang-orang tak bersalah, dan kami turut berduka kepada para korban. Tak kalah penting bagi kita sebagai orang-orang yang mencintai kedamaian adalah tugas untuk menerangkan kepada seluruh dunia bahwa Islam sangat mengutuk tindakan terorisme," katanya.
Oleh karena itu islam merupakan agama perdamaian dan toleransi yang memerintahkan individu kepada rasa kasih sayang dan keadilan. Agama memerintahkan kasih sayang, kemurahan hati dan kedamaian. Teror, di sisi lain, adalah berlawanan dari agama, kejam, tanpa belas kasihan dan menumpahkan darah dan penderitaan.
"Dengan demikian kata "Islam" dan "teror" tidak dapat berdiri berdampingan dan bahwa tidak ada agama yang mengizinkan kekerasan. Bahwa tidak ada ruang bagi terorisme dalam Islam. Ini disebutkan jelas dalam Al Qur'an, sumber utama Islam, dan dalam praktek yang memerintahkan semua kaum muslimin kepada kebenaran. Seperti terungkap dengan terang ayat-ayat Al Qur'an dan dengan contoh-contoh dari sejarah, bahwa Islam melarang terorisme dan bertujuan untuk membawa perdamaian dan keamanan ke seluruh dunia," tegasnya (KC-02)**.
Ketua Pelaksana Kegiatan, Iman Sulaiman mengungkapkan, kegiatan diskusi bagi umat islam tersebut dijadwalkan akan menghadirkan nara sumber Prof. Dr. Tajul Arifin, MA (Guru Besar Fakultas Hukum dan Syariah UIN Bandung), H. Chep Hernawan (Ketua Umum DPP GARIS) dan H. Ahmad Yani (Sekretaris Umum MUI Kab. Cianjur).
Menurut Iman kegiatan diskusi bagi umat islam tersebut salah satu bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang kegelisahan umat (tokoh) Islam Indonesia terhadap berbagai persoalan tindak kekerasan di Indonesia. Selain itu untuk menyerap dan merespon ummat islam terhadap tindakan terorisme dan fitnah terhadap agama yang diyakininya.
"Kita ingin memberikan ruang kepada umat islam untuk memberikan saran, pendapat dan peran serta dalam mengikis tindakan –tindakan berbau kekerasan. Selain itu juga hasil diskusi ini nantinya akan menjadi bahan rujukan dan masukan bagi para pemangku kepentingan sebagai dasar pijak dalam merumuskan solusi melalui program-program kerja yang sistematik, terencana, terukur, dan teramati," kata Iman.
Sementara target dari kegiatan diskusi umat islam ini tidak lain ingin sampainya pesan-pesan moral kepada para tokoh ummat islam terkait dengan upaya jihad yang benar menurut Al Quran dan As Sunnah. Terciptanya kerukunan dan kedamaian di lingkungan masyarakat umum, mengikis habis upaya dan tindakan kekerasan oleh siapa pun terlebih mengatasnamakan agama apapun.
"Tentunya muara dari target kegiatan ingin hasilnya nanti menjadi referensi bagi para pemangku kepentingan dalam menentukan arah kebijakan sesuai fungsinya masing-masing," kata Iman seraya menambhakan para peserta yang akan dihadirkan terdiri para tokoh agama Islam, baik dari kalangan ormas keagamaan, akademisi dan kalangan pondok pesantren di Cianjur.
Menurut Iman, selama ini aksi kekerasan yang terjadi seperti ledakan bom dan terorisme seringkali dikaitkan dengan umat islam sehingga sampai muncul istilah Islam militan, Islam garis keras, Islam fundamentalis, atau bahkan yang lebih buruk ada istilah islam sebagai agama teroris.
"Sebagai umat Islam, kita sangat terganggu dan mengutuk serangan teroris yang telah terjadi di belahan dunia, yang menyebabkan kematian dan cedera bagi orang-orang tak bersalah, dan kami turut berduka kepada para korban. Tak kalah penting bagi kita sebagai orang-orang yang mencintai kedamaian adalah tugas untuk menerangkan kepada seluruh dunia bahwa Islam sangat mengutuk tindakan terorisme," katanya.
Oleh karena itu islam merupakan agama perdamaian dan toleransi yang memerintahkan individu kepada rasa kasih sayang dan keadilan. Agama memerintahkan kasih sayang, kemurahan hati dan kedamaian. Teror, di sisi lain, adalah berlawanan dari agama, kejam, tanpa belas kasihan dan menumpahkan darah dan penderitaan.
"Dengan demikian kata "Islam" dan "teror" tidak dapat berdiri berdampingan dan bahwa tidak ada agama yang mengizinkan kekerasan. Bahwa tidak ada ruang bagi terorisme dalam Islam. Ini disebutkan jelas dalam Al Qur'an, sumber utama Islam, dan dalam praktek yang memerintahkan semua kaum muslimin kepada kebenaran. Seperti terungkap dengan terang ayat-ayat Al Qur'an dan dengan contoh-contoh dari sejarah, bahwa Islam melarang terorisme dan bertujuan untuk membawa perdamaian dan keamanan ke seluruh dunia," tegasnya (KC-02)**.