HEADLINE
---
deskripsi gambar

Alasan Ekonomi, 1.200 Warga Cianjur Jadi Pekerja Seks

Ilustrasi
CIANJUR, (KC).- Sedikitnya 1.200 warga Cianjur menjadi pekerja seks komersial (PSK). Jumlah tersebut dimungkinkan masih saja bisa terus bertambah.  Alasan ekonomi menjadi salah satu penyebab mereka nekat menjajakan diri sebagai PSK.

Manajer Program Yayasan Gerakan Penanggulangan Narkoba dan Aids (GPNA) Cianjur-Sukabumi, Asep Mirda Yusuf mengungkapkan, selama ini pihaknya konsen dalam melaksanakan program penanganan, penanggulangan PSK, HIV/AIDS dikalangan wanita penjaja seks.  Program tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2006 silam.

"Fokus kita memang dalam penanganan dan penanggulangan, kita juga seringkali memberikan penyluhan termasuk bagaimana melakukan pencegahan. Kita melakukan survei berdasarkan hotspot yakni dengan mengambil sasaran tempat mangkal, kos-kosan dan tempat-tempat yang identik dengan wanita tuna susila (WTS)," kata Asep saat dihubungi, Minggu (9/12/2012).

Beberapa tempat yang menjadi hasil penelitian menyebar diwilayah Cianjur mulai dari wilayah Gekbrong, Cipanas, Ciranjang, Haurwangi, Cikalongkulon, Cianjur bahkan sampai ke wilayah Cianjur selatan. "Ternyata setelah kita lakukan pendataan para wanita yang menjadi PSK jumlahnya mencapai angkat 1.200 orang dengan berbagai latar belakang pendidikan. Tapi mayoritas sekitar 45 persen berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (SD). Sedangkan sisanya terdiri dari SMP/SMA bahkan mahasiswa," katanya.

Pihaknya juga tidak menampik, diantara ribuan PSK tersebut ada yang masih menjadi pelajar SMP/SMA, hanya saja pihaknya tidak berani menyebutkan prosentasenya secara pasti. "Kita tidak pungkiri ada diantaranya yang masih pelajar, tapi dikisaran 100 orang atau sekitar 8 persenan. Mereka rata-rata berusia antara 15-22 tahun," tegasnya.

Para PSK yang terdata tersebut juga dilakukan pemeriksaan kesehatan dengan sistem sampling. Dari 100 sampel PSK yang dilakukan pemeriksaan kesehatan, 98 orang diantaranya positif terkena inveksi menular seksual. Dari yang terkena inveksi menular seksual, 3 diantaranya positif HIV/AIDS dan 2 orang sudah meninggal dunia.

"Kita terus berupaya melakukan pencegahan terhadap mereka yang memiliki resiko tinggi. Tidak hanya menjangkau saja, kita lakukan juga dengan memberikan penyuluhan bahaya HIV/AIDS, begitu juga penanggulangannya. Kita dorong mereka untuk melakukan invtrvensi melakukan perubahan perilaku," tegasnya (KC-02)**.
Post a Comment