Antisipasi Labelilsasi, Dinas Peternakan Gandeng Polisi, Sementara Minimnya Pasokan Harga Sayuran Meroket
5:22:00 PM
CIANJUR, (KC).- Untuk mencegah dan mengawasi labelisasi halal dan standar kesehatan peredaran daging impor, Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur menggandeng aparat kepolisian. Hal tersebut dikhawatirkan, jika terkonsumsi masyarakat, maka berdampak pada kesehatan.
Kepala Seksi Bina Kesehatan Veteriner Dinas Peternakan Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cianjur, Didik Hermansyah mengatakan, pihaknya telah mengambil langkah antisipasi maraknya daging impor ke pasaran Cianjur. Biasanya, daging impor sudah dikemas sedemikian rupa sehingga riskan mengabaikan standarisasi kehalalan dan kesehatannya.
"Makanya jika berkoordinasi dengan aparat kepolisian untuk mengecek langsung ke toko-toko swalayan yang menjual daging impor bisa lebih mudah dan terawasi," katanya.
Didik mengaku, daging yang tidak berkualitas dapat berdampak pada berbagai macam penyakit, seperti kanker payudara, kanker prostat, hingga kanker rahim. Pihaknya juga mengawasi rumah potong hewan (RPH)
"Khusus pemasok daging sapi dari luar daerah, wajib mengantongi surat keterangan kesehatan hewan (SKKH). Pengawasan lalu lintas peredaran daging kami tingkatkan terutama kiriman daging dari wilayah Bogor dan Bandung, karena ada riwayat daerah endemik antraks,” ujarnya.
Harga Sayur Mayur Meroket
Sementara itu, kurangnya pasokan dari petani dan pengepul di sejumlah daerah di Cianjur, membuat harga sayur mayur sejak sepekan terakhir, meroket hingga naik puluhan kali lipat. Bahkan, untuk beberapa vareitas tertentu pasokan sayur mayur untuk kebutuhan jual di Pasar Tradisional di Cianjur, didatangkan dari Garut dan Lembang.
Salah seorang pengepul sayuran di Cianjur, Eman Sulaeman (43), mengaku kenaikan harga terjadi di merata di semua komoditas sayuran. Untuk harga kol normalnya sekitar Rp1.200/Kg, naik menjadi 3.500/Kg. Sementara, wortel yang biasa harganya kisaran Rp500/Kg naik menjadi Rp1.700/Kg. Kenaikan harga paling dahsyat terjadi di komoditas tomat dengan harga Rp4.500/kg dari kisaran harga Rp1.000-1.200/Kg.
"Hampir semua mengalami kenaikan, karena banyaknya petani yang gagal panen akibat diguyur hujan terus menerus. Kenaikan ini berakibat juga terhadap lesunya penjualan, sehingga banyak pengepul atau Bandar yang tidak berani berspekulasi,” katanya.
Dikatakan Eman, kondisi harga sekarang masih akan bertahan hingga kondisi pasokan sayur mayur dari patani lokal membaik. "Tapi saya prediksi, kemungkinan harga baru akan normal pada pertengahan Februari ini,” ujarnya.
Kenaikan harga sayur mayur tersebut dikeluhkan para pemilik warung nasi di Cianjur, karena harus mengeluarkan biaya tambahan untuk menyediakan lalaban di warungnya. Salah seorang pemilih warung nasi, Eti (35), terpaksa membatasi lalaban karena harga beli barang untuk konsumen di warungnya terus meningkat. "Karena kalau tidak dibatasi, maka saya akan rugi. Sampai menunggu harga sayuran stabil saja,” ujarnya.
Selain sayur mayur, kenaikan harga juga terjadi pada telur ayam. Harga telur yang semula Rp14 ribu/Kg naik menjadi Rp20 ribu/Kg. Bahkan di beberapa tempat ada yang menjual hingga Rp 22 ribu/Kg (KC-02/kie)**.