Wabub Cianjur Suranto: Skrining HIV/AIDS Terhadap Anak Dan Dewasa Diharapkan Angka Mortalitas Menjadi Lebih Rendah
5:31:00 PM
CIANJUR, (KC).- Skrining HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome ) terhadap anak dan dewasa diharapkan angka mortalitas (kematian) menjadi lebih rendah, penurunan angka morbiditas (kesakitan), dan biaya kesehatan yang lebih rendah sehingga dapat meningkatnya harapan hidup sehat dan kualitas hidup.
Demikian ditegaskan Wakil Bupati Cianjur Suranto disela kegiatan Seminar Sehari yang mengetengahkan tentang Skrining dan Penatalaksanaan HIV/AIDS pada anak dan dewas yang di selenggarakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cimacan di Balai Latihan Kerja (BLK) Cimacan, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur, Kamis (7/3/2013).
"Keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil tes skrining baik yang true positive (positif benar) maupun hasil tes skrining yang true negative (negatif benar), karena hasil yang true negative juga menyediakan jaminan bahwa HIV/AIDS tidak berkembang," kata Suranto.
Dikatakan Suranto, penyakit HIV/AIDS tidak hanya menyerang pada orang dewasa, tetapi penyakit ini juga menyerang bayi serta anak. "Setiap tahunnya, ratusan anak dari seluruh dunia terinfeksi HIV dan meninggal akibat AIDS karena tidak mendapat penanganan yang sesuai," katanya.
Pihaknya berharap, para pelayan dibidang kesehatan di dinas terkait, rumah sakit serta puskesmas diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada warga masyarakat akan pentingnya mengenal HIV/AIDS. "Apabila ada yang terinpeksi segera berikan konseling juga pelayanan yang membuat pengidap sadar akan dampak penyakit tersebut, dengan kata lain harus dengan pendekatan yang baik," jelasnya.
Diikuti 130 Peserta
Kegiatan seminar tentang Skrining dan Penatalaksanaan HIV/AIDS pada anak dan dewas tersebut diikuti oleh sedikitnya 130 peserta. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti para dokter, perawat dan bidan puskesmas juga rumah sakit. Sejumlah nara sumber didatangkan untuk mengisi kegiatan seminar diantaranya Dr. Hj. Nirmala Kesumah, MHA., Dr. Uun Sumardi, Sp.PD., KIC., Dr. Abdurahman Erman, Sp.A., dan DR. Dr. Hj. Trini Handayani, SH., MH.
Sementara itu menurut salah seorang nara sumber Dr. Hj. Nirmala Kesumah, MHA., bahwa penularan dari ibu ke anak (mother to child transmission) berperan utama dalam penyebaran HIV pada anak. Bila seorang wanita yang telah terinfeksi HIV dan mengandung, maka kemungkinan bayinya akan terinfeksi selama kehamilan atau saat proses melahirkan per vaginam (secara normal).
"HIV juga bisa ditularkan melalui air susu ibu (Asi). Skrining HIV itu sendiri mempunyai makna melakukan pemeriksaan HIV pada suatu populasi tertentu, sementara uji diagnostik HIV berarti melakukan pemeriksaan HIV pada orang-orang dengan gejala dan tanda yang konsisten dengan infeksi HIV," tegasnya.
Selain dari penularan ibu ke anak, lanjutnya, beberapa anak dapat terkena HIV di dalam situasi medis lain misalnya melalui jarum suntik yang belum steril atau melalui transfusi darah yang telah terinfeksi HIV. "Di negara-negara yang lebih maju, masalah-masalah ini telah diatasi, tapi di lingkup yang lebih miskin sumber daya hal tersebut masih merupakan isu penting. Pada anak yang lebih tua, aktivitas seksual dan penggunaan narkoba juga merupakan resiko untuk terinfeksi HIV," paparnya (KC-02)**.
Demikian ditegaskan Wakil Bupati Cianjur Suranto disela kegiatan Seminar Sehari yang mengetengahkan tentang Skrining dan Penatalaksanaan HIV/AIDS pada anak dan dewas yang di selenggarakan oleh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cimacan di Balai Latihan Kerja (BLK) Cimacan, Kec. Cipanas, Kab. Cianjur, Kamis (7/3/2013).
"Keuntungan yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil tes skrining baik yang true positive (positif benar) maupun hasil tes skrining yang true negative (negatif benar), karena hasil yang true negative juga menyediakan jaminan bahwa HIV/AIDS tidak berkembang," kata Suranto.
Dikatakan Suranto, penyakit HIV/AIDS tidak hanya menyerang pada orang dewasa, tetapi penyakit ini juga menyerang bayi serta anak. "Setiap tahunnya, ratusan anak dari seluruh dunia terinfeksi HIV dan meninggal akibat AIDS karena tidak mendapat penanganan yang sesuai," katanya.
Pihaknya berharap, para pelayan dibidang kesehatan di dinas terkait, rumah sakit serta puskesmas diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada warga masyarakat akan pentingnya mengenal HIV/AIDS. "Apabila ada yang terinpeksi segera berikan konseling juga pelayanan yang membuat pengidap sadar akan dampak penyakit tersebut, dengan kata lain harus dengan pendekatan yang baik," jelasnya.
Diikuti 130 Peserta
Kegiatan seminar tentang Skrining dan Penatalaksanaan HIV/AIDS pada anak dan dewas tersebut diikuti oleh sedikitnya 130 peserta. Mereka berasal dari berbagai latar belakang seperti para dokter, perawat dan bidan puskesmas juga rumah sakit. Sejumlah nara sumber didatangkan untuk mengisi kegiatan seminar diantaranya Dr. Hj. Nirmala Kesumah, MHA., Dr. Uun Sumardi, Sp.PD., KIC., Dr. Abdurahman Erman, Sp.A., dan DR. Dr. Hj. Trini Handayani, SH., MH.
Sementara itu menurut salah seorang nara sumber Dr. Hj. Nirmala Kesumah, MHA., bahwa penularan dari ibu ke anak (mother to child transmission) berperan utama dalam penyebaran HIV pada anak. Bila seorang wanita yang telah terinfeksi HIV dan mengandung, maka kemungkinan bayinya akan terinfeksi selama kehamilan atau saat proses melahirkan per vaginam (secara normal).
"HIV juga bisa ditularkan melalui air susu ibu (Asi). Skrining HIV itu sendiri mempunyai makna melakukan pemeriksaan HIV pada suatu populasi tertentu, sementara uji diagnostik HIV berarti melakukan pemeriksaan HIV pada orang-orang dengan gejala dan tanda yang konsisten dengan infeksi HIV," tegasnya.
Selain dari penularan ibu ke anak, lanjutnya, beberapa anak dapat terkena HIV di dalam situasi medis lain misalnya melalui jarum suntik yang belum steril atau melalui transfusi darah yang telah terinfeksi HIV. "Di negara-negara yang lebih maju, masalah-masalah ini telah diatasi, tapi di lingkup yang lebih miskin sumber daya hal tersebut masih merupakan isu penting. Pada anak yang lebih tua, aktivitas seksual dan penggunaan narkoba juga merupakan resiko untuk terinfeksi HIV," paparnya (KC-02)**.