15 Hektar Arah Empat Penjuru Angin Masuk Zona Inti Situs Gunung Padang
2:54:00 PM
CIANJUR, (KC).- Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tim Terpadu Penelitian Mandiri Situs Megalitikum Gunung Padang di Desa Karyamukti, Kec. Campaka, Kab. Cianjur ternyata areal zona situs mencapai 15 hektar dari empat arah penjuru anging. Dengan demikian diareal tersebut perlu dilakukan restorasi.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kab. Cianjur, HM. Tedy Artiawan mengatakan, saat ini zona inti keberadaan situs megalitikum Gunung Padang itu hanya pada 0,4 hektar. Namun berdasarkan hasil penelitian dari hasil pemetaan geo lestrik dan ahli pemetaan bidang purbakala serta titik terakhir temuan batu disetiap suaut penjuru angin ada di jangkauan 15 hektar.
"Kalau melihat hasil penelitian itu memang diluar dugaan. Memang belum direalase secara resmi baru nanti pada bulan Agustus 2013 mendatang akan direalase secara resmi hasil dari seluruh penelitian tentang Gunung Padang. Bocorannya Gunung Padang itu lebih luas dari Borobudur dan bedanya situs Gunung Padang ada pada zaman prasejarah sedangkan Borobudur ada pada zaman sejarah," kata Tedi saat ditemui dikantornya, Selasa (16/4/2013).
Mengenai rencana restorasi pihaknya telah mengajukan anggaran ke Provinsi Jabar. "Penanganan Situs Gunung Padang ini tidak bisa sendiri-sendiri, tapi harus terpadu antara daerah, provinsi dan pusat. Semuanya harus saling mendukung sebagai upaya pelestarian cagar budaya," tegasnya.
Menurut Tedy ada tiga zona yang harus diperhatikan di Situs Gunung Padang saat ini diantaranya zona inti. Zona tersebut berada dibagian 0,4 hektar yang merupakan bagian inti atau khusus. Di zona tersebut tidak boleh ada bangunan sama sekali artinya merupakan zona yang harus dilestarikan.
"Ada juga zona penyangga dan zona abu-abu bisa dibangun tapi harus ramah terhadap zona inti. Seperti penempatan kios dan ticket karcis, serta zona pengembangan yang harus dikembangkan terkait pendukung Gununh Padang, mulai dari zona parkir dibawah," katanya.
Pihaknya juga membantah jika dalam penataan kawasan Gunung Padang tidak pernah memperhatikan kearifan lokal. Sebaliknya justru sangat memperhatikan kearifan lokal. "Saya rencana membuat tempat panggung kesenian di zona pengembangan. Nantinya pengunjung tidak hanya disuguhi Gunung Padang Saja, tapi juga disuguhi kesenian daerah," katanya.
Sebelumnya Direktur Lokatmala Institute Eko Wiwid mendesak agar dalam melakukan eskavasi dan penelitian Situs Megalitikum Gunung Padang memperhatikan kearifan budaya lokal. Desakan tersebut disampaikan adanya kekawatiran terjadi kerusakan terhadap cagar budaya yang seharusnya dilindungi.
"Kami juga menolak campur tangan pihak asing dalam masalah Gunung Padang. Semua kegiatan yang menyangkut Gunung Padang harus selalu memperhatikan kearifan lokal," kata Eko (KC-02)**.