210 Pekerja Anak Mulai Masuk Shelter Untuk DIberikan Motivasi Belajar
11:17:00 PM
CIANJUR, (KC).- Sebanyak 210 pekerja anak yang putus sekolah mulai masuk shelter untuk diberikan motivasi belajar agar mereka kembali ke bangku sekolah. Mereka merupakan penerima manfaat Program Pengurangan Pekerja Anak Program Keluarga Harapan (PPA-PKH) dari Kementerian Tenaga Kerja.
Pada tahun 2013 Kab. Cianjur mendapatkan program PPA-PKH untuk 210 pekerja anak putus sekolah. Sebelumnya hampir setiap tahun Kab. Cianjur juga mendapatkan program yang sama. Para pekerja anak tersebut selama satu bulan penuh mulai 7 Mei hingga 4 Juni 2013 akan diberikan motivasi dengan berbagai materi pembelajaran agar nantinya bisa kembali ke bangku sekolah.
"Setiap tahunya meningkat, tahun 2013 ini kita mendapatkan 210 pekerja anak yang kita bagi dalam 7 shelter dan setiap shelter terdiri dari 30 anak. Mereka akan dibina selama satu bulan, dua shelter kita ada di Pontren Darurrohman Gunteng, Karangtengah dan lima shelter lagi berada di komplek SMKN I Pacet," kata Kepala Bidang Bina Perlindungan Ketenagakerjaan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kab. Cianjur Heri Nugraha disela pembukaan program penerima manfaat PPA-PKH di Gor SMKN I Pacet, Selasa (7/5/2013).
Dikatakan Heri, selama home visit masih ada kendala dalam prekrutan pekerja anak. Selain anak yang sulit untuk ditarik masuk dalam shelter, kekawitiran orang tua terhadap anaknya cenderung masih tinggi. "Masih ada orang tua yang kawatir terhadap anaknya, padahal para pendamping dilapangan sudah menyampaikan kalau program PPA-PKH ini benar-benar program pemerintah. Mereka harus pandai merayu agar orang tua dan anaknya mau ikut program," katanya.
Pihaknya optimis, program PPA-PKH di Cianjur bisa berjalan secara maksimal. Hasilnya juga bisa dirasakan oleh para peserta penerima manfaat. "Program PPA-PKH juga merupakan upaya menekan pekerja anak dan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) sembilan tahun," katanya.
Diharapkan para peserta manfaat tidak ada lagi yang meminta pulang, karena jika terjadi pendamping harus mencari gantinya. "Biasanya ada saja yang baru dijemput sudah minta pulang. Tapi sehari dua hari kemudian setelah bisa bersosialisasi mereka akan betah dan mengikuti kegiatan belajar, rekereasi dan wisata sampai tuntas. Diharapkan bisa berjalan baik, sesuai dengan yang diharapkan," katanya (KC-02)**.
Pada tahun 2013 Kab. Cianjur mendapatkan program PPA-PKH untuk 210 pekerja anak putus sekolah. Sebelumnya hampir setiap tahun Kab. Cianjur juga mendapatkan program yang sama. Para pekerja anak tersebut selama satu bulan penuh mulai 7 Mei hingga 4 Juni 2013 akan diberikan motivasi dengan berbagai materi pembelajaran agar nantinya bisa kembali ke bangku sekolah.
"Setiap tahunya meningkat, tahun 2013 ini kita mendapatkan 210 pekerja anak yang kita bagi dalam 7 shelter dan setiap shelter terdiri dari 30 anak. Mereka akan dibina selama satu bulan, dua shelter kita ada di Pontren Darurrohman Gunteng, Karangtengah dan lima shelter lagi berada di komplek SMKN I Pacet," kata Kepala Bidang Bina Perlindungan Ketenagakerjaan Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kab. Cianjur Heri Nugraha disela pembukaan program penerima manfaat PPA-PKH di Gor SMKN I Pacet, Selasa (7/5/2013).
Dikatakan Heri, selama home visit masih ada kendala dalam prekrutan pekerja anak. Selain anak yang sulit untuk ditarik masuk dalam shelter, kekawitiran orang tua terhadap anaknya cenderung masih tinggi. "Masih ada orang tua yang kawatir terhadap anaknya, padahal para pendamping dilapangan sudah menyampaikan kalau program PPA-PKH ini benar-benar program pemerintah. Mereka harus pandai merayu agar orang tua dan anaknya mau ikut program," katanya.
Pihaknya optimis, program PPA-PKH di Cianjur bisa berjalan secara maksimal. Hasilnya juga bisa dirasakan oleh para peserta penerima manfaat. "Program PPA-PKH juga merupakan upaya menekan pekerja anak dan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) sembilan tahun," katanya.
Diharapkan para peserta manfaat tidak ada lagi yang meminta pulang, karena jika terjadi pendamping harus mencari gantinya. "Biasanya ada saja yang baru dijemput sudah minta pulang. Tapi sehari dua hari kemudian setelah bisa bersosialisasi mereka akan betah dan mengikuti kegiatan belajar, rekereasi dan wisata sampai tuntas. Diharapkan bisa berjalan baik, sesuai dengan yang diharapkan," katanya (KC-02)**.