Iklan

iklan

22 Jenis Kaulinan Lembur di Pertahankan di Desa Sukaratu

Wednesday, May 2, 2012 | 8:41:00 PM WIB Last Updated 2012-05-02T13:41:45Z
FOTO : Permainan Tradisional di Gekbrong
GEKBRONG, (KC).- ZAMAN sekarang sepertinya anak-anak jarang sekali yang mengenal permainan tradisional (kaulinan urang lembur), seperti egrang, bakiak, raksasa, galah pepe, sondah, gatrik, luncat tinggi, ataupun sosorodotan. Anak-anak sekarang sepertinya lebih mengenal permainan modern seperti 
playstation, game online, atau sejenisnya. Salah satu penyebabnya mungkin bagi anak-anak permainan tradisional dianggap kurang familier.
Tapi tidak demikian dengan anak anak yang tinggal di Kampung Cibeuleng Desa Sukaratu Kecamatan Gekbrong Kabupaten Cianjur, permainan tradisional itu bagi mereka tidak asing lagi. Bahkan sudah menjadi sarapan sehari-hari karena kaulinan lembur di kampung tersebut benar-benar di jaga dan dilestarikan oleh masyarakat setempat. Tidak heran jika berkat keukeuhnya mempertahankan permainan tradisional wilayah kampung di Desa Sukaratu itu menjadi daya tarik wisata.
Tidak hanya wisatawan domistik yang telah berkunjung, beberapa wisatawan mancanegara seperti dari negara di Eropa dan Asia pernah mengunjungi Desa Sukaratu hanya sekadar melihat kaulinan urang lembur. Tercatat, wisatawan yang pernah berkunjung ke Desa Sukaratu antara lain berasal dari Belanda, Kanada, Amerika, Jepang, dan India.

Tidak berlebihan berkat kegigihanya dalam mepertahankan kaulinan lembur tersebut, kini Desa Sukaratu diplot menjadi salah satu desa rintisan desa wista dan budaya di Kabupaten Cianjur. Setidaknya tidak hanya keulinan lembur yang layak dijual didesa tersebut. Beberapa tempat bersejarah ternyata ada seperti Sanghyang Tapak, Batu Datar, hingga 
Makam Kabayan. Hanya saja sampai saat ini belum tergarap secara maksimal.

Kondisi Desa Sukaratu yang seperti saat ini sepertinya tidak bisa dilepaskan dengan sosol seorang warga setempat bernama Herawati. Bersama suaminya, Wawan, Herawati merintis tanah kelahirannya untuk menjadi daerah yang berbeda dengan daerah lainya dan bisa diperhitungkan di Kabupaten Cianjur. Kerja kerasnya tersebut dirasakan mulai berbuah, apalagi kerja kerasnya tersebut mendapatkan dukungan penuh dari Paguyuban Pasundan. Saat ini Hera (sapaan akrabnya) dipercaya memegang jabatan Direktur Eksekutif Punggawa Ratu Pasundan.
Menurut Herawati, di desa kelahiranya itu terdapat hal penting yang tidak bisa diabaikan begitu saja yakni sejarah, flora dan fauna, serta budaya. Berdasarkan informasi yang didapatnya, di desa tersebut dulunya sempat ada kerajaan kecil bernama Gedug Harimun dibawah Kerajaan Pajajaran. Saat itu, raja yang berkuasa adalah Rangga Gading dan Degdeg Daya. Berbagai peninggalan sejarah kerajaan itu masih ada, seperti Goa Suryakencana di Gunung Kencana dan Batu Patilasan Menghilang atau Menghiyang Raja Rangga Gading.

"Desa Sukaratu ini dikelilingi wilayah pegunungan, yakni Gunung Bubut, Gunung Kencana, dan Gunung Gajah. Karena dikelilingi tiga gunung, sehingga tidak sedikit hewan liar yang terlindungi masih ada di tiga gunung itu. Kaitan dengan budaya, desa kami terus berupaya memelihara tradisi kaulinan urang lembur seperti Jajangkungan, Sondah, Serseran, 
Wawayangan, serta jenis lainya," kata Hera disela peresmian bangunan Pesanggrahan Pasundan, Rabu (2/5)

Secara terpisah, Ketua Paguyuban Pasundan Kabupaten Cianjur Abah Ruskawan mengungkapkan, keberhasilan membangun rintisan desa wisata dan budaya tidak terlepas adanya keinginan masyarakat setempat dan melihat potensi yang ada. "Keberhasilan menjadikan desa budaya berkat kemauan dan kerjakeras masyarakat, tidak ada campur tangan dari investor," kata Abah Ruskawan.
Kunci dari keberhasilannya adalah kebersamaan dengan masyarakat. Abah mengistilahkan dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk masyarakat. "Bukan kita antipati dengan investor, tapi apa yang terjadi di Desa Sukaratu yang mengelolanya langsung dari masyarakat sendiri," katanya.
Berdasarkan hasil inventarisasi, ada sedikitnya 22 jenis kaulinan lembur yang kini terus dipertahankan di Desa Sukaratu agar tidak punah. Selain itu kaulian orang lembur bisa jadi menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. "Sudah selayaknya dipatenkan agar tidak diklaim sama daerah lain," harap Abah (KC-02)***.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • 22 Jenis Kaulinan Lembur di Pertahankan di Desa Sukaratu

Trending Now

Iklan

iklan