Iklan

iklan

Disdik Hentikan Pengajaran Buku Penjas Yang Mengajarkan Gaya Berpacaran

Thursday, October 16, 2014 | 2:17:00 AM WIB Last Updated 2014-10-16T07:57:51Z
CIANJUR, [KC].- Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Cianjur terpaksa harus menghentikan pembelajaran materi pelajaran X tentang memahami dampak seks bebas di buku pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk SMA/SMK. Hal itu setelah Disdik Kabupaten Cianjur mengetahui dan melihat secara langsung kejanggalan materi di pelajaran X, khususnya halaman 129.
"Kami sudah melihat isi materi secara keseluruhan dalam buku mata pelajaran itu khususnya materi di halaman 129, tentang gaya berpacaran yang sehat kurang tepat untuk diajarkan di Kabupaten Cianjur," ujar Kepala Bidang (Kabid) SMA/SMK Disdik Kabupaten Cianjur, Akib Ibrahim ketika ditemui sejumlah wartawan di SMK Negeri 1, Jalan Siliwangi, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Canjur, Rabu (15/10).
Jika diperhatikan, pada halaman 129 buku pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, tertulis gaya pacaran yang sehat mencakup berbagai unsur. Ada empat unsur yang disebutkan dalam buku tersebut diantaranya sehat fisik, yakni tidak ada kekerasan dalam berpacaran. Dilarang saling memukul, menampar atau menendang. Kedua, sehat emosional, yakni hubungan terjalin dengan baik dan nyaman, saling pengertian dan keterbukaan. Harus mengenali emosi diri sendiri dan emosi orang lain. Harus mampu mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
Dalam buku tersebut juga disebutkan gaya berpacaran yang dinilai sehat yakni sehat sosial, yakni pacaran tidak mengikat, maksudnya hubungan sosial dengan yang lain harus tetap dijaga agar tidak merasa asing di lingkungan sendiri. Tidak baik apabila seharian penuh bersama dengan pacar. Selain itu juga harus sehat seksual, yakni dalam berpacaran kita harus saling menjaga, tidak melakukan hal-hal yang berisiko, apalagi melakukan hubungan seksual.
"Memang kalau melihat secara keseluruhan isinya tidak bermasalah dan menuntun anak supaya dewasa. Hanya saja dari sisi bahasa bisa diartikan multi tafsir, apalagi jika dilihat dari sisi agama islam, tidak ada itu namanya pacaran, yang ada adalah taaruf," kata Akib.
Melihat fakta itulah pihakanya meminta kepala sekolah di Kabupaten Cianjur untuk berpesan kepada guru pendidikan jasmani dan kesehatan untuk menyampaikan secara hati-hati setiap materi yang akan disampaikan. Jika terdapat materi yang tidak terlalu memiliki nilai dan akan bermasalah, maka tidak perlu disampaikan.
"Kalau mengenai penarikan bukunya, kita akan usulkan setelah melakukan kajian dilapangan. Jelas kami keberatan dengan materi yang ada terutama halaman 129. Jika tidak ditarik, karena kami tidak setuju maka tidak akan diajarkan dan ditiadakan materi itu," ujarnya.
Meski demikian, pihaknya tetap mendukung adanya materi pendidikan seks bagi kalangan pelajar setingkat SMA/SMK. Karena pendidikan seks sangat dibutuhkan agar anak didik tidak melakukan seks bebas. Apalagi saat ini anak didik dengan mudahnya mendapatkan informasi mengenai pendidikan seks sehingga perlu ada pendampingan agar tidak disalah artikan.
"Kalau misalnya tidak tahu sama sekali tentang pendidikan seks juga akan jadi masalah. Haya tata kelolala dan caranya yang harus benar agar tidak disalah artikan. Dalam pendidikan agam juga sudah ada yang mengatur masalah itu, sudah seharusnya pendidikan seks itu dikaitkan dengan pendidikan agama," tegasnya.
Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Cianjur, Jajat Sudarajat, mengatakan, semua materi pada pelajaran X belum disampaikan kepada para siswanya. Sebab materi tersebut berada pada bab terakhir di buku yang dirilis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2014.
"Masalah ini akan kami bawa dalam rapat rapat musyawaran kerja kepala sekolah yang akan dilaksanakan Jumat depan. Kami akan mengupayakan solusi untuk para guru-guru penjaskes untuk menyampaikan materi pelajaran X terutama halaman 129," ujar Jajat di SMK N 1 Cianjur.
Menurut Jajat, materi pelajaran X terutama halaman 129 tidak bermasalah jika memahami secara utuh. Hanya saja setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda sehingga yang paling dikhawatirkan adanya kesan melegalkan berpacaran. Padahal inti dari materi itu bukan untuk meminta para pelajar untuk berpacaran, melainkan jangan sampai melakukan hubungan seks di luar nikah.
"Saya rasa secara keseluruhan itu bagus, hanya penyampaiannya itu perlu dikaji lebih dalam dan perlu disikapi sangat hati-hati. Jangan sampai anak didik kita memahami pacaran itu boleh dan merincikan pacaran sehat itu seperti apa, nampaknya kurang pas untuk anak didik kita," katanya (KC-02])**.

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!











Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Disdik Hentikan Pengajaran Buku Penjas Yang Mengajarkan Gaya Berpacaran

Trending Now

Iklan

iklan