Iklan

iklan

Prostitusi Merambah ke Buruh Pabrik

Wednesday, May 13, 2015 | 4:47:00 AM WIB Last Updated 2015-05-12T22:14:04Z
CIANJUR, [KC].- Praktek prostitusi belakangan semakin marak di wilayah Kabupaten Cianjur. Kini sudah mulai bergeser dengan memanfaatkan jasa prostitusi 'online' yang menggunakan akses internet sebagai media penjualan. Pelakunya pun sudah merambah dikalangan buruh pabrik, selain pelajar dan masyarakat umum.

Maraknya bisnis prostitusi, menurut Kepala Bidang (Kabid) Advokasi dan Penanganan Kasus Pusat Pelayanan Terpadu dan Permberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Cianjur, Lidya Indayani Umar, tidak terlepas karena kurangnya pengawasan dari orangtua terhadap anak, terutama dalam hal pergaulan.

"Yang acap kali terjadi dan dibiarkan oleh orang tua mana kala anaknya ngekos atau tinggal terpisah tanpa meminta biaya, malah dianggap anaknya sudah mandiri. Padahan anak tidak bekerja dan dibalik itu bisa saja anak melakukan penyimpangan yang diantaranya ialah prostitusi," kata Lidya, Selasa (12/5/2015).

Dikatakan Lidya, praktek prostitusi yang terjadi juga tidak jauh dengan penyalahgunaan narkoba. Bahkan dampak buruknya juga bisa menjadi korban penularan HIV/AIDS dari pelangganya. "Yang paling dikawatirkan dalam praktek prostitusi itu terlibat dalam penyalahgunaan narkoba dan berjangkit penyakit berbahaya HIV/AIDS," katanya.

Lidya mengungkapkan, mayoritas pelaku prostitusi dari kalangan perempuan berumur 15 hingga 21 tahun. Dari para pelaku prostitusi tersebut diantaranya pula merupakan pegawai pabrik yang menjadikan profesi sebagai sampingan ketika upah selama satu bulan sudah habis sebelum waktunya.

"Hasil dari temuan memang banyak pegawai pabrik yang memiliki profesi sampingan menjajakan diri, sisanya anak sekolah yang tidak tinggal bersama orangtua," jelasnya.

Salah satu langkah untuk mengantisipasi agar bisnis esek-esek itu tidak terus menyebar, orang tua harus semakin protektif terhadap anak. Artinya orang tua harus mengawasi dengan siapa anaknya itu bergaul dan bersosialisasi. Selain itu warga di lingkungan tempat tinggal serta ulama sebagai tonggat penyebaran ilmu agama juga harus berperan aktif melakukan pencegahan.
 
"Orangtua jangan apatis apalagi sampai merasa bangga ketika anaknya memilih tinggal terpisah, padahal belum bekerja. Itu harus ditelusuri apa yang dia lakukan. Disamping itu, warga dan ulama juga harus ikut andil bekerja sama bersama-sama dalam menekan terjadinya penyakit masyarakat itu, jangan sampai apatis," tegasnya [KC-02/is]**.




Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Prostitusi Merambah ke Buruh Pabrik

Trending Now

Iklan

iklan