Pertama adalah karena pola pikir masyarakat tentang pentingnya pendidikan yang masih kurang. Masih banyak yang menganggap sekolah apalagi kuliah itu tidak terlalu penting dan hanya buang-buang biaya.
Persoalan infrastruktur juga tak kalah besar pengaruhnya. “ Sebelum bicara tentang pendidikan tinggi, kita harus lihat juga masalah pendidikan di tingkat dasar dan menengahnya. Dari kunjungan saya di berbagai wilayah saya lihat masalah utama di Cianjur ini adalah persoalan infrastruktur, seperti akses jalan ke sekolah, jembatan serta sarana dan prasarana sekolah,” papar Herman.
Infrastruktur jalan juga besar pengaruhnya dalam hal ekonomi masyarakat. Sulitnya akses jalan membuat ekonomi biaya tinggi. “Bagaimana mau berpikir kuliahkan anak, jika untuk sehari-hari saja masih kekurangan,” ujarnya.
Hal ketiga yang menjadi perhatian Herman adalah kualitas, kesejahteraan, dan ketidakmerataan tenaga pendidik. Menurutnya pengembangan infrastruktur pendidikan harus sejalan dengan pengembangan strukturnya, seperti kualitas tenaga pengajarnya, yang harus diperhatikan juga masalah kesejahteraanya, terutama honorer dan sukwan.
“Saya sering mendengar, banyak guru yang honorer di daerah terpencil di Cianjur Selatan , setelah diangkat menjadi PNS, minta dipindah ke wilayah utara dengan berbagai alasan. Akhirnya kualitas dan kuantitas tenaga pengajar pun tidak merata antara Cianjur Utara dengan Selatan,” papar Herman. Untuk mengatasinya Herman berpendapat, harus ada insentif lebih pada guru-guru yang mau mengabdi di daerah terpencil.[KC.13/TB]**
