Iklan

iklan

Kios Buku Masjid Agung Gelar Seminar Kepenulisan dan Bedah Buku Api Tauhiid

Monday, June 8, 2015 | 6:47:00 PM WIB Last Updated 2015-06-08T11:47:02Z
CIANJUR,[KC],- Kios Buku Masjid Agung Cianjur menggelar seminar kepenulisan dan bedah buku API Tauhid yang diikuti ratusan  pelajar, dan masyarakat umum, bertempat di Gedung Juang 45 Kecamatan Cianjur (7/6), kegiatan dibuka langsung oleh Ketua DKM Masjid Agung Cianjur, KH. Abdul Halim.

Ketua Panitia Kepenulisan dan Bedah Buku, Ririn Asparina, berharap dengan terselenggaranya acara seminar kepenulisan dan bedah buku ini  menjadi motivasi bagi para peserta yang memiliki bakat menulis, serta dapat mengetahui tentang peradaban Islam.

“Tujuan diselenggarakannya seminar ini untuk dapat menumbuhkan minat menulis bagi para peserta yang telah memiliki minat menulis akan dapat mengembangkan dan menambah wawasan dalam hal menulis ” ungkap Ririn salah satu putera KH. Abdul Halim.

Ririn menambahkan dalam bedah buku kali ini panitia menghadirkan langsung penulis API Tauhiid yang sangat fenomenal yakni Habiburrahman El Shirazy atau sering dikenal dengan sebutan Kang Abik, untuk itu harapannya semua peserta dapat Memperluas wawasan muslim membuka cakrawala ilmu pengetahuan dan mengetahui sejarah peradaban Islam sebagai landasan pembangunan Islam melui buku API Tauhiid karangan Habiburrahman El-Shirazy.

Sementara itu penulis Novel API Tauhiid, Habiburrahman El Shirazy mengungkapkan bahwa Novel Api Tauhid ini adalah novel roman dan sejarah. Novel roman yang bercerita seputar perjuangan anak muda asal Lumajang, Jawa Timur, yang bernama Fahmi. Ia dan beberapa rekannya seperti Ali, Hamza, dan Subki, menuntut ilmu di Universitas Islam Madinah.

Dalam perjalanannya, Fahmi harus menghadapi situasi yang cukup pelik, dalam urusan rumah tangga. Fahmi pun galau. Semua persoalan yang dialaminya itu, tak pernah ia ungkapkan dengan teman-temannya.
Kegalauannya itu ia tumpahkan dengan cara beri’tikaf di Masjid Nabawi, Madinah, selama 40 hari untuk mengkhatamkan hafalan Al-Qur`an sebanyak 40 kali. Sayangnya, upayanya itu hanya mampu dijalani selama 12 hari. Memasuki hari-hari berikutnya, Fahmi pingsan. Ia tak sadarkan diri, hingga harus dibawa ke rumah sakit.

Sahabat-sahabatnya khawatir dengan kondisinya yang pemurung dan tidak seceria dulu. Hamza, temannya yang berasal dari Turki, mengajak Fahmi untuk berlibur ke Turki. Hamza berharap, Fahmi bisa melupakan masa-masa galaunya selama di Turki nanti.

Untuk itulah, Hamza mengajak Fahmi menelusuri jejak perjuangan Said Nursi, seorang ulama besar asal Desa Nurs. Ulama terkemuka ini, dikenal memiliki reputasi yang mengagumkan.

Syaikh Said Nursi, sudah mampu menghafal 80 kitab karya ulama klasik pada saat usianya baru menginjak 15 tahun. Tak hanya itu, Said Nursi hanya membutuhkan waktu dua hari untuk menghafal Al-Qur`an. Sungguh mengagumkan. Karena kemampuannya itu, sang guru, Muhammed Emin Efendi memberinya julukan ‘Badiuzzaman’ (Keajaiban Zaman).

Keistimewaan Said Nursi, membuat iri teman-teman dan saudaranya. Ia pun dimusuhi. Namun, Said Nursi pantang menyerah. Semua diladeni dengan berani dan lapang dada. Tak cuma itu, rekan-rekan dan saudara-saudaranya yang iri dan cemburu akan kemampuannya, para ulama besar pun merasa terancam. Keberadaan Said Nursi membuat umat berpaling. Mereka mengidolakan Said Nursi.

Pemerintah Turki pun merasa khawatir. Sebab, Said Nursi selalu mampu menghadapi tantangan dari orang-orang yang memusuhinya. Ia selalu mengalahkan mereka dalam berdebat.

Tak kurang akal, pejabat pemerintah pun diam-diam berusaha menyingkirkannya. Baik dengan cara mengusirnya ke daerah terpencil, maupun memenjarakannya. Ia pun harus berhadapan dengan Sultan Hamid II hingga Mustafa Kemal Attaturk, pada masa awal Perang Dunia I.

Selama 25 tahun berada di penjara, Said Nursi bukannya bersedih, ia malah bangga. Karena disitulah, ia menemukan cahaya abadi ilahi. Ia menemukan Api Tauhid. Dan melalui pengajian-pengajian yang diajarkannya, baik di masjid maupun di penjara, murid-muridnya selalu menyebarluaskannya kepada khalayak. Baik dengan cara menulis ulang pesan-pesan Said Nursi, maupun memperbanyak risalah dakwahnya. Murid-muridnya berhasil merangkum pesan dakwah Said Nursi itu dengan judul Risalah Nur. Murid-muridnya tidak ingin, Api Tauhid yang dikobarkan Said Nursi berakhir.

" Buku ini sangat layak dimiliki, baik bagi penggemar novel, penggemar dan pemerhati sejarah, pemerhati Timur Tengah, akademisi, mahasiswa, maupun peminat studi tentang Turki. Dalam novel sarat makna ini, tidak hanya satu cerita yang disuguhkan, tapi dua: kisah percintaan Fahmi, dan sosok teladan dari Syaikh Said Nursi." Ungkap Kang Abik di akhir pembicaraannya. [KC.10]**


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Kios Buku Masjid Agung Gelar Seminar Kepenulisan dan Bedah Buku Api Tauhiid

Trending Now

Iklan

iklan