HEADLINE
---
deskripsi gambar

AKI/AKB Masih Tinggi, Dinkes Tingkatkan Kualitas Tenaga Kesehatan

CIANJUR, [KC].- Kematian ibu dan bayi saat melahirkan dan pasca melahirkan di Kabupaten Cianjur terbilang masih tinggi. Hal ini membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur bekerja ekstra untuk menekan tingginya Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB). Berbagai programpun dilaksanakan agar AKI/AKB bisa menurun.

Berdasarkan data yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, pada tahun 2014 setidaknya terdapat 49 ibu meninggal dunia akibat melahirkan. Sedangkan untuk kematian bayi meninggal setelah dilahirkan mencapai 173. Kondisi ini masih menempatkan Cianjur menjadi urutan kelima dari bawah dari jumlah kabupaten/kota di Jawa Barat.

"Memang masih terbilang tinggi AKI maupun AKB di Cianjur. Kita terus berupaya menekan AKI dan AKB dengan berbagai program. Kita juga terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat," kata Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cianjur melalui Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan Ibu dan Anak Bidang Kesejahteraan Keluarga Teni Hernawati, Rabu (18/3/2015).

Hingga pertengahan Maret 2015, setidaknya telah ditemukan 13 kasus AKI di Cianjur. "Lagi kita soroti kematian ibu, ditingkat provinsi kita mulai menurun meski masih tinggi. Kalau kematian bayi masih masuk ranking 10 di tingkat provinsi," jelasnya.

Dikatakan Teni, sejumlah faktor penyebab tingginya AKI/AKB ada yang secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung pada kasus freeklamsi ditandai dengan darah tinggi, protein urin prositif, uedema atau bengkak di kaki kanan dan muka.
Untuk bayi, berat badan lahir rendah, tidak sesuai dengan kehamilannya. Aspiksia atau sesak nafas saat baru lahir. "Aspiksia ini yang paling banyak menjadi penyebab langsung meninggalnya bayi saat dilahirkan," tegasnya.

Sementara penyebab tidak langsung terjadinya AKI/AKB menurut Teni, akibat 3 terlambat dan 4 terlalu. "Terlambat memutuskan artinya keluarga tidak segera memutuskan mendapatkan penanganan. Ini faktor budaya. Terlambat merujuk trasportasi, biasanya yang menjadi penyebab dan terlambat mendapat pertolongan, artinya sudah parah saat ke rumah sakit," kata Teni.

Sedangkan 4 terlalu lanjut Teni adalah terlalu muda melahirkan dibawah 20 tahun, terlalu tua diatas 35 tahun, terlalu banyak lebih dari 4 anak, terlalu dekat jaraknya. "Ini yang menyebabkan secara tidak langsung kematian pada ibu," paparnya.

Upaya untuk menekan terjadinya AKI/AKB yang tengah dilakukan saat ini kata Teni dengan cara meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dilapangan melalui pelatihan ketrampilan agar bisa menangani kagawat daruratan. Pemenuhan sarana dan prasarana di puskesmas ke gawat darutan. Peningkatan pemberdayaan masyarakat.

"Kita harapkan dengan pemenuhan ini AKI dan AKB di Cianjur bisa ditekan dan terus menurun. Namun kami juga tidak bisa sendiri perlu partisipasi dari semua pihak untuk menurunkan AKI dan AKB di Cianjur terutama peran serta masyarakat," tegasnya [KC-02]**.
Post a Comment