Kepala Desa Batulawang Kecamatan Cipanas, Nanang Rohendi mengatakan, ada tiga lokasi yang didatangi BMKG. Mereka mengambil sempel dari retakan dan longsoran. "Mereka sangat hati-hati memeriksa kondisi retakan tanah mulai dari ujung retakan dan mengarah pada longsoran," kata Nanang saat ditemui, Rabu (8/4/2015).
Berdasarkan hasil keterangan sementara dari pihak BMKG, lanjut Nanang, dari hasil uji kelayakan lahan tersebut masih layak. Terjadinya pergerakan tanah tidak terlepas akibat faktor air bawah tanah. "BMKG bilang masih layak, faktor air dibawah tanah, karena diatas ada sawah dan kolam ikan, endapan dari air. Diarahkan tanah dikeraskan dan dihijaukan," katanya.
Selain itu BMKG juga menyarankan jika masih tetap dihuni, diarahkan untuk melakukan pembangunan dengan bahan bangunan dari papan atau kayu. "Diarahkan rumah panggung bukan beton. Kalau ada yang buat kolam ikan harus dipelur dan diaci agar tidak ada resapan," tegasnya.
Meski kondisinya masih layak, pihaknya sempat mengusulkan untuk relokasi lahan di tanah Lengis Neglasari. Namun dari hasil pemeriksaan tanah tersebut tidak layak untuk hunian. "Karena tidak layak inginnya di lahan dekat KUD, namun diatas tanah HGU," katanya.
Dikatakan Nanang, pergerakan tanah yang terjadi sejak dua minggu lalu itu telah mengakibatkan 6 rumah rusak berat dan 80 rumah terancam. Enam rumah yang rusak berat saat ini sudah dirobohkan. Rumah tersebut milik Ahmad, Mamat, Jamal, Pahru, dan Sapta.
"Para pemilik rumah yang rusak dan terancam sudah dalam kondisi aman. Mereka ada yang tinggal di sanak saudaranya, ada juga yang tinggal dihunian sementara," kata Nanang [KC-02]**.
