Tentu saja pemenuhan undangan rajaban itu melelahkan. Terlebih jika undangan datangnya dari pelosok Cianjur Selatan. Namun mantan kepala Puskesmas Sindangbarang melaluinya dengan suka hati. “Kalau capek, iya, lah. Malah kalau rajabannya di pelosok, kerap tiba di rumah dini hari.Tapi saya lakoni dengan enjoy aja,” kata Suranto, di rumahnya, kemarin.
Lagi pula bagi lelaki berusia 58 tahun ini sebagai orang “nomor dua” di Cianjur ia merasa berkewajiban memenuhi setiap undangan masyarakatnya. Undangan merupakan penghargaan yang harus dibalas pula dengan penghargaan. Terlebih rajaban merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat di bidang keagamaan, yang patut direspon positif oleh pemerintah daerah.
Tentu saja kehadiran Suranto bukan untuk berceramah seputar isra mi’raj layaknya ulama atau kiayi. Suami dr. Mien ini hanya memberikan sambutan dalam kapasitasnya sebagai wakil bupati. “Kalau ceramah bagian kiayi, kalau saya sekadar sambutan saja,” jelas lelaki kelahiran 1958 ini merendah.
Namun meski sekadar memberikan sambutan, ayah beranak tunggal ini mengaku sangat banyak mendulang manfaat. Ia bisa bersilaturachmi, sekaligus mendulang aspirasi mereka secara langsung. Sebab bagi penggila olahraga tenis ini, dari masyarakat lah info yang paling sahih tentang perkembangan Cianjur dari masa ke masa.
Sejatinya rajinnya Suranto menghadiri rajaban bukanlah memanfaatkan kesempatan untuk mensosialisasikan diri, sekaitan dirinya kini bakal calon bupati Cianjur periode 2016-2021. Ia hadir semata-mata mengayomi masyarakat. “Kalau urusan pilihan itu kedaulatan rakyat. Rakyat bisa memilih dan memilah mana yang terbaik untuk memimpin Cianjur ke depan,” pungkas penyuka moge alias motor gede ini. [KC.10/an]***